wahyusuwarsi.com

TIGA LEBARAN SETELAH WAFATNYA BAPAK


Tanpa terasa, lebaran tahun ini adalah tahun ke-3 semenjak bapak tiada. Tahun 2022 tepatnya bulan Oktober, satu-satunya orang tua kami (bapak) berpulang.

Rasa kehilangan itu belum hilang hingga kini. Dulu saat beliau masih ada, kami selalu pulang ke rumah bapak setiap lebaran. Kami adalah empat bersaudara kandung, yang kini telah mempunyai keluarga masing-masing dan tinggal di beberapa kota di luar Semarang. Namun saat ini tradisi lebaran keluarga (pulang ke rumah masa kecil) sudah tidak kami lakukan lagi. Saya akan menuliskannya di artikel ini untuk mengikuti Blogspedia Ied Challenge yang diadakan oleh blogspedia.

Lebaran adalah momen yang sangat ditunggu-tunggu semua umat muslim. Setelah sebulan menjalankan ibadah puasa,  lebaran merupakan hari kemenangan untuk kembali fitri. Saling memaafkan, bersilaturahmi antar kerabat, saling berkunjung satu sama lain.

Begitupun dengan keluarga kami, setiap lebaran selalu berkumpul keluarga di rumah bapak. Saya, suami serta dua anak saya, demikian juga dengan tiga adik-adik saya beserta keluarga masing-masing. Ibu kami telah berpulang semenjak tahun 1999, karena itu setiap lebaran kami rayakan hanya bersama bapak dan anak-anaknya.

Lebaran hari pertama melaksanakan shalat Ied bersama, kemudian dilanjutkan nyekar ke makam ibu. Setelah itu kembali ke rumah untuk sekadar menikmati hidangan khas lebaran (opor, ketupat, sambal goreng), dan juga menyambut kerabat yang biasanya bersilaturahmi ke rumah. Namun sejak bapak tiada, momen kebersamaan dengan bapak di rumah masa kecil hanya tinggal kenangan. Karena sejak bapak tiada, rumah masa kecil kami telah dijual, dikarenakan tak ada yang merawatnya. Jadilah kami anak-anak beserta keluarga merayakan lebaran di tempat lain (bukan di rumah masa kecil).

TAHUN PERTAMA LEBARAN TANPA BAPAK


Lebaran di Solo
lebaran-2023-di-solo
(Gambar: koleksi pribadi)

Satu tahun setelah bapak tiada (2023), saat lebaran sempat membuat kami bingung memilih tempat berkumpul keluarga. Dan setelah melalui berbagai pertimbangan dan voting anggota keluarga, maka saat itu diputuskan kota Solo menjadi tujuan kami berkumpul.

Oiya lebaran hari pertama, berkumpul dengan keluarga masing-masing dan silaturahmi ke relasi. Barulah pada lebaran kedua, menuju kota Solo untuk merayakan bersama adik-adik dan keponakan-keponakan.

Sebenarnya di kota Solo kami tidak punya kerabat untuk dikunjungi. Tetapi kami memutuskan untuk berkumpul saat lebaran di kota Solo, dilanjutkan kulineran dan wisata di kota ini.

Jadilah akhirnya kami menginap di sebuah hotel, dan berkumpul saat lebaran. Acaranya sederhana saja, hanya sharing bareng, ngumpul keluarga, saling silaturahmi dan bermaafan, diakhiri tukar kado. Kemudian dilanjutkan menikmati kulineran di Solo dan wisata.

Di kota Solo saat itu kami sempat berwisata ke Heritage Palace (yang saat ini telah berganti nama dan manajemen). Sebuah destinasi yang dulunya adalah bekas pabrik gula, disulap menjadi sebuah destinasi wisata yang menarik. Banyak spot foto ala bangunan klasik khas Eropa dan kuliner yang menarik.

Tak lupa juga menikmati kuliner khas Solo, antara lain nasi liwet, sate kambing, timlo, salad Solo dan beberapa yang lain. Suasana kali ini berbeda dengan lebaran-lebaran yang lalu, tanpa ketupat, opor dan sambal goreng makanan khas lebaran.

TAHUN KEDUA LEBARAN TANPA BAPAK


Lebaran di Lawang Ombo Baturaden
lebaran-2024-di-baturaden
(Gambar: koleksi pribadi)

Tahun kedua setelah bapak berpulang (2024), kembali kami merayakan lebaran di kota Purwokerto atau tepatnya di daerah Baturaden. Kami memilih daerah Baturaden karena tempat ini dekat dengan tempat tinggal adik saya yang kedua, yaitu di Purbalingga. Dari Purbalingga hanya butuh waktu 45 menit untuk sampai ke lokasi.

Dari pengalaman tahun pertama, kami menyewa kamar hotel tetapi tidak bisa ngumpul bareng. Karena saat itu kamar yang tersedia letaknya berpencar (tidak selokasi). Ada yang di lantai 1 maupun lantai 2.

Di Baturaden ini kami menyewa sebuah villa “Lawang Ombo” sehingga bisa berkumpul bareng di satu rumah. Villa terdiri dari 4 kamar, ruang keluarga, ruang shalat, dapur dan kamar mandi.

Nyaman sekali menginap di villa ini dengan suasana pegunungan di pedesaan, view nya juga cantik banget. Disini kami sempat menikmati sarapan khas gunung Slamet yaitu nasi nyangku. Review lebaran tahun lalu, ada di artikel sebelumnya.

Acara malam hari diisi dengan barbeque an, tukar kado dan pemotongan nasi tumpeng untuk ulang tahun pernikahan adik saya kemudian dilanjutkan dengan karaokean bareng. Seru sekali acara malam itu, karena bisa berkumpul dengan formasi lengkap. Jarang sekali kami bisa kumpul bareng, karena lokasi tempat tinggal yang berlainan kota.

Tak hanya menikmati kulineran, esoknya kami mencoba wisata off road Baturaden. Pengalaman off road naik jeep yang seru dan menegangkan. Bisa dibayangkan bagaimana gugup dan takutnya saya ketika driver mengendarai jeep, melewati tempat berbatu dan berlumpur. Sensasinya menegangkan, menikmati goncangan melewati rintangan off road. Tetapi keponakan-keponakan malah terlihat happy dan enjoy. Ya maklumlah mereka masih muda, gen Z. Sedangkan saya, umur sudah hampir 60 tahun makanya takut banget naik jeep off road, penuh kecemasan dan kekhawatiran bila jeep terguling.

Tetapi semua itu terbayar dengan rasa puas dan bahagia, bisa berkumpul dengan adik-adik dan keponakan-keponakan di momen lebaran. Walaupun saat pulang ke Semarang terjebak macet arus balik. Ya sekali-sekali nggak papa juga kan, ikut merasakan kemacetan arus balik, yang ternyata asyik juga bila dinikmati.

TAHUN KETIGA LEBARAN TANPA BAPAK


Lebaran 2025 di Omah Joglo
lebaran-2025-di-omah-joglo-gunungpati
(Gambar: koleksi pribadi)

Tahun ini (2025) adalah tahun ketiga lebaran sejak bapak berpulang. Dan kami memutuskan untuk berkumpul lebaran di kota kelahiran, yaitu Semarang.

Lebaran hari pertama ada di kota masing-masing, kemudian lebaran hari kedua menuju Semarang, ke daerah Cangkiran. Disini kami menikmati makan siang di rumah adik bungsu saya, di daerah Cangkiran Mijen. Suasananya jauh dari polusi dan udara masih sejuk. Hidangan yang sederhana akan terasa lezat, bila dinikmati bersama orang-orang yang kita sayangi. Suasana bertambah meriah dan akrab, ketika keponakan mengajak game bersama. Maklum aja, mereka itu kan gen Z yang lebih kreatif dibanding generasi saya. Disini kami hanya transit untuk kemudian menuju homestay.

Lebaran tahun ini kami menyewa homestay di daerah Gunungpati yang tak begitu jauh dari Semarang, homestay Omah Joglo (review menyusul ya). Suasananya masih seperti ala pedesaan dan udaranya masih lumayan sejuk, beda banget dengan udara di Semarang yang gerah.

Seperti dua kali lebaran sebelumnya, acara ngumpul di homestay dimulai dengan doa bersama, barbeque serta menikmati nasi goreng dan mi jawa. Kemudian lanjut ngobrol bareng, sharing bareng hingga tak terasa malam telah larut.

Kemudian keesokan harinya kami menuju makam bapak dan ibu, membersihkan makam dan mendoakan beliau berdua.

PENUTUP

Berkumpul bersama keluarga besar di saat lebaran adalah keinginan setiap orang, baik itu pemudik maupun bukan.

Lebaran mempunyai makna yang dalam bagi saya. Di hari lebaran, semua kembali fitri dan suci setelah selama sebulan menjalankan ibadah puasa.

Saling memaafkan antar saudara, saling bersilaturahmi dan menjaga persaudaraan agar tetap langgeng, rukun, awet dan utuh itulah tekad kami empat bersaudara setelah kedua orang tua kami tiada. Tentunya hal ini juga berlaku untuk masing-masing pasangan dan anak-anak kami.

Semoga Allah Swt masih berkenan mempertemukan kami dengan ramadhan dan lebaran tahun depan dalam kondisi yang lebih baik lagi. Aamiin.


Posting Komentar