wahyusuwarsi.com

MENYUSURI WISATA RELIGI DI JAWA TENGAH

 

Masjid Syeikh Zayed

Daerah Jawa Tengah termasuk salah satu wilayah tempat para wali menyebarkan agama Islam. Nah, tentunya di daerah Jawa Tengah juga ada beberapa masjid yang merupakan peninggalan para wali. Masjid-masjid tersebut saat ini menjadi destinasi wisata yang banyak dikunjungi masyarakat Indonesia. Beberapa masjid yang menjadi tempat wisata religi antara lain adalah Masjid Agung Semarang, Masjid Cheng Hoo Purbalingga dan yang terbaru adalah Masjid Syeikh Zayed yang berlokasi di Solo. Artikel di bawah ini akan mengulas masjid-masjid yang menjadi wisata religi tersebut.

MASJID AGUNG JAWA TENGAH

Sebagai warga Semarang saya turut bangga dengan dibangunnya masjid megah yang terletak di jalan Gajah ini. Masjid ini selalu ramai dikunjungi masyarakat dari seluruh daerah di nusantara. Selain datang untuk beribadah, masyarakat juga berwisata di Masjid Agung Jawa Tengah.

Masjid Agung adalah masjid terbesar di Jawa Tengah yang berdiri di atas lahan seluas 10.000 hektare. Merupakan perpaduan arsitektur Jawa dan Arab dengan arsitek Ir. H. Ahmad Fanani. Masjid ini diresmikan oleh Bapak Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 14 Nopember 2006, yang waktu itu menjabat sebagai Presiden RI.

Dari pintu masuk terlihat bedug raksasa yang panjangnya 310 cm dan diameter 220 cm, bedug ini adalah replika Bedug Pendowo Purworejo. Di sayap kiri setelah pintu masuk banyak dijumpai toko-toko yang menjual aneka sovenir, mereka adalah pedagang UMKM, dan saya sempat juga membeli beberapa sovenir untuk oleh-oleh.
Masuk ke ruang utama tempat shalat terdapat Al Qur'an raksasa berukuran 145 x 95 cm ², ditulis tangan oleh Drs Ichyatudin. Sayang sekali saya tidak sempat memotretnya karena saat itu waktu sholat telah tiba. Senang sekali bisa shalat dzuhur di Masjid Agung Jawa Tengah yang berkapasitas 15.000 orang.

Oya, ada yang menarik di serambi Masjid Agung yang dilengkapi 6 payung raksasa otomatis seperti di Masjid Nabawi. Payung elektrik ini hanya dibuka setiap Shalat Jum'at, Idul Fitri dan Idul Adha, tetapi kondisi angin tidak boleh lebih dari 200 knot. Saat saya kesana kebetulan payung sedang dibuka (sempat saya potret juga). Masya Allah.....indah sekali.

Ciri khas lain dari Masjid Agung ini adalah adanya empat menara di tiap sudut masjid dengan tinggi 62 meter, dan ada lagi satu menara terpisah yaitu Menara Al Husna Tower dengan tinggi 99 meter.
Di menara Al Husna terdapat studio Radio Dais (Dakwah Islam) dan pemancar TV-ku, Museum Kebudayaan Islam, kafe muslim dan di lantai 19 terdapat teropong. Dengan teropong ini pengunjung bisa melihat kota Semarang. Teropong ini juga digunakan untuk melihat Rukyat Al-Hilal. Pengunjung dapat naik ke menara ini, namun dibuka hanya pada hari-hari tertentu saja. Untuk pengunjung yang ingin menginap juga disediakan wisma penginapan dengan berbagai kelas yang berjumlah 23 kamar.

Nah, teman-teman yang mudik ke Semarang dan sekitarnya silakan mampir di Masjid Agung Jawa Tengah.


Masjid Agung Jawa Tengah
masjid-agung-jawa-tengah
(Gambar: koleksi pribadi)

 
Salah satu sisi MAJT
salah-satu-sisi-masjid-agung-jawa-tengah
(Gambar: koleksi pribadi)

MASJID CENG HOO PURBALINGGA

Kalau kita lewat di daerah Bobotsari Purbalingga kita akan melewati bangunan yang menyerupai kelenteng atau bahkan mirip pagoda dengan warna dominan merah menyala seperti kelenteng pada umumnya.

Tapi jangan salah, bangunan itu adalah Masjid Cheng Hoo atau Masjid Muhammad Cheng Hoo, yang sampai saat ini masih digunakan untuk beribadah bagi umat muslim di daerah setempat, ataupun musafir yang datang dari berbagai kota atau kebetulan lewat dan mampir ke sini.

Masjid Cheng Hoo tepatnya terletak di Desa Selaganggeng Kecamatan Mrebet Purbalingga sekitar 17 km dari alun-alun Purbalingga atau pusat kota. Letaknya di jalan raya utama antara Purbalingga menuju Pemalang.

Masjid ini didirikan atas inisiatif seorang muslim keturunan Tionghoa, yaitu Hery Susetyo seorang mualaf dari Bobotsari, yang berasal dari organisasi PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia). Masjid ini mulai dibangun pada tahun 2005 tetapi karena kendala kurangnya dana maka baru selesai dibangun dan digunakan pada tahun 2011.

Arsitektur bangunan masjid merupakan desain dari Tiongkok, Jawa dan Arab. Dibangun dengan desain tersebut karena merupakan lambang dari toleransi di Purbalingga.Toleransi disini maksudnya adalah bangunan masjid yang menyerupai (mirip) bangunan kelenteng yang didominasi warna merah.

Kubah masjid Cheng Hoo berbentuk pagoda segi 8 (delapan) yang bertingkat-tingkat. Di depan masjid banyak hiasan lampion khas Tiongkok yang berwarna merah. Pada pintu masuk masjid juga terdapat huruf kanji (saya nggak bisa baca dan nggak tau artinya). Sedangkan pada sebelah kiri bangunan masjid terdapat bedug berwarna merah, namun sayang sekali saya tidak sempat memotret bedug tersebut.

Saya sempat sholat dzuhur di masjid Cheng Hoo ini. Masya Allah … saat masuk ke dalam masjid saya sempat terkagum-kagum dengan desain dan interior di dalam masjid. Pada atap langit-langit berbentuk segi 8 (delapan) terdapat lafaz ALLAH dengan tulisan didominasi warna merah dan kuning. Indah sekali.

Kebetulan saya mampir ke masjid Cheng Hoo saat lebaran hari kedua, jadi saat itu memang masjid sedang ramai orang beribadah dan juga berwisata. Memang saat ini masjid Cheng Hoo menjadi tempat tujuan wisata religi di kota Purbalingga yang banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah. Di bangunan sebelah kanan masjid terdapat food court dan juga banyak pedagang yang menjual aneka souvenir dan oleh-oleh khas daerah Purbalingga.

Monggo untuk teman-teman yang lewat atau sedang liburan di Purbalingga sila mampir ke masjid Cheng Hoo.


Masjid Ceng Hoo Purbalingga
masjid-ceng-hoo-purblingga
(Gambar: koleksi pribadi)


 
Lafaz Allah pada bagian atas masjid
ornamen-bagian-atas-masjid
(Gambar: koleksi pribadi)

 

MASJID SYEIKH ZAYED SOLO

Masjid Syeikh Zayed Solo adalah hadiah dari Presiden PEA (Persatuan Emirat Arab) kepada Indonesia. Seperti kita ketahui bahwa Indonesia dan PEA ini mempunyai hubungan istimewa atau persahabatan. Masjid ini merupakan replika dari Sheikh Zayed Grand Mosque di Abu Dhabi, UEA (Uni Emirat Arab). Diresmikan oleh Presiden Jokowi dan Presiden PEA Mohamed Bin Zayed Al-Nahyan pada tanggal 14 Nopember 2022, tetapi mulai dibuka untuk umum pada 1 Maret 2023.

Masjid yang berlokasi di Jl Ahmad Yani Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta ini dibangun di atas lahan dengan luas 8.000 meter persegi. Masjid ini terdiri dari dua lantai dan dilengkapi empat menara dan satu kubah utama. Jumlah kubah yang dihiasi batu pualam putih, berjumlah 82 kubah. Masjid Syeikh Zayed mampu menampung 10 ribu jamaah, sedangkan bangunan inti hanya menampung 4.000 orang jamaah. Masjid ini mempunyai ornament khas Timur Tengah, tetapi ada juga unsur budaya asli Indonesia yang terdapat pada beberapa bagian lantai yang bermotif batik kawung. Selain itu masjid ini memiliki ruang VIP, perpustakaan seluas 20 meter persegi, dan basement untuk wudhu pria dan wanita.

Saya sudah dua kali berkunjung ke masjid ini, bersama dengan rombongan pengajian dan bersama keluarga besar. Kebetulan pada kunjungan kedua bersamaan dengan hari raya lebaran. Saat itu pengunjung masjid sangat padat, karena masjid hanya dibuka pada saat shalat wajib.

Memasuki area halaman msjid, penjagaan sangat ketat yang mana pengunjung diperiksa satu persatu dengan alat deteksi. Bila berkunjung ke sana, sebaiknya membawa tas plastik sebagai tempat sandal/sepatu (di sepanjang jalan banyak penjual menawarkan tas kresek untuk wadah sandal/sepatu). Di lokasi masjid, sandal atau sepatu harus ditinggalkan di loker. Untuk sandal atau sepatu yang tidak mau ditinggal di loker, sebaiknya dimasukkan tas masing-masing setelah dibungkus plastik kresek. Jadi tidak rawan hilang.

Di lantai basement (bawah) terdapat tempat wudhu berjejer untuk pria dan wanita dalam tempat terpisah. Tetapi untuk menghindari antrian wudhu yang panjang, di luar masjid juga disediakan tempat wudhu berupa kran yang berjejer-jejer. Saat itu saya dan keluarga memilih berwudhu di luar, agar tidak antri terlalu lama. Jamaah wanita menempati lantai dua sedangkan jamaah pria di lantai bawah. Rasanya kalau ke Solo selalu ingin mampir dan shalat di masjid ini, sambil menikmati kemegahannya.

Silakan mampir untuk shalat di Masjid Syeikh Zayed bagi teman-teman yang mudik ke Solo.


Bagian luar Masjid Syeikh Zayed
bagian-luar-masjid-Syeikh-Zayed
(Gambar: koleksi pribadi)


Aritektur Masjid Syeikh Zayed
arsitektur-masjid-syeikh-zayed
(Gambar: koleksi pribadi)

 
Salah satu kubah masjid
salah-satu-kubah-masjid-syeikh-zayed
(Gambar: koleksi pribadi)


PENUTUP

Itulah sedikit ulasan saya tentang masid-masjid di Jawa Tengah sebagai destinasi wisata religi. Semoga saya berkesempatan mengunjungi masjid-masjid lain dan mengulasnya di blog ini. Semog bermanfaat.

Referensi:  

https ://id.m.wikipedia.org/Masjid Agung Jawa Tengah.
https://www.gatra.com/news-450318-gaya-hidup-masjid-cheng-ho-cermin-toleransi-purbalingga.html
https://kemenag.go.id/nasional/kilas-balik-2022-masjid-raya-sheikh-zayed-dan-persahabatan-indonesia-pea-ynvhvw

4 komentar

  1. Sekilas dari fotonya masjid zayed solo seperti masjid tan'im di mekkah🥺🥺 jadi keingat waktu umroh....

    BalasHapus
  2. Wah senangnya bisa berwisata sambil beribadah di berbagai masjid, dulu waktu mudik ritual kami pasti mampir di berbagai masjid, sekarang sudah jarang masuk kota biasanya langsung cuss lewat jalan tol, tapi pingin sekali melihat dari dekat masjid Zayed di Solo.

    BalasHapus
  3. Destinasi wisata religinya bagus-bagus sekali. Kalau lagi ke sana harus dikunjungi semua nih. Oya, masjid Cheng Hoo ini desain bangunannya unik ya, perpaduan dengan budaya cina. Semoga nanti saya punya kesempatan untuk mengunjungi ketiga masjid tersebut.

    BalasHapus
  4. Masyaallah, megah dan unik masjid-masjidnya. Wisata religi kini menjadi jenis refreshing yang banyak dipilih orang. Selain bisa berlibur, kita juga bisa menambah pengetahuan dan pengalaman spiritual.

    BalasHapus