wahyusuwarsi.com

LEBARAN 2024 YANG BERKESAN


Keluarga besar Moeljadi



Mudik atau mulih sedilik (sebentar) untuk berkumpul bersama keluarga besar dan kerabat, adalah hal yang sangat diidam-idamkan bagi semua orang yang merantau. Mudik adalah tradisi menjelang lebaran di Indonesia. Pemudik bisa berasal dari luar pulau Jawa atau daerah di luar Jawa Tengah. Biasanya dari kedua daerah inilah jumlah pemudik yang terbesar. Dari arus mudik dan arus balik, sepertinya jumlah pemudik tahun ini lebih banyak dibandingkan tahun yang lalu. Terbukti dengan macetnya jalur mudik dimana-mana, selama berjam-jam yang tentunya hal ini juga menguji kesabaran bagi para pemudik tersebut.

Tahun ini adalah pengalaman mudik saya yang benar-benar menguji kesabaran. Sebelumnya saya pernah berkeinginan merasakan mudik. Gimana sih rasanya mudik? Gimana rasanya macet berjam-jam? Ya, karena memang saya dan suami berasal dari daerah yang sama (Semarang) jadi belum pernah merasakan mudik yang sebenar-benarnya. Dan setelah kedua orang tua kami tiada, saudara-saudara kandung yang notabene adalah adik-adik sayalah yang mendatangi tempat tinggal kami. Sebagai anak tertua, tentu saja kota dan rumah kami menjadi tujuan mereka bila lebaran tiba.

PERJALANAN MENUJU KOTA PURBALINGGA

Nah, tahun ini saya ingin merasakan pengalaman mudik seperti yang lain. Kami empat bersaudara beserta keluarga masing-masing, berencana berkumpul di Baturaden Purwokerto pada lebaran ke-2. Hari Kamis tanggal 11 April 2024 (lebaran ke-2) saya dan keluarga berangkat dari Semarang. Kami berangkat sekitar pukul 09.00 pagi, dan kali ini kami memutuskan untuk melalui jalur Wonosobo. Kalau biasanya kami melewati jalur jalan tol untuk kemudian menginap di kota tujuan yaitu Purbalingga. Kali ini pun kota tujuan pertama kami adalah Purbalingga (tempat tinggal adik saya yang ke-2), menginap semalam disana dan keesokan harinya (hari Jum’at siang) sesudah dzuhur kami rencana naik ke Baturaden untuk menginap di vila.

Perjalanan menuju kota Purbalingga berjalan lancar namun memang kali ini lalu lintas lebih padat (padat merayap). Alhamdulillah tidak sampai macet dan berhenti total. Ada beberapa titik kemacetan, yaitu di beberapa traffic light dan pasar tradisional di daerah Temanggung. Menuju jalan menanjak di daerah Wonosobo, jalan agak tersendat dan sempat terjadi arus lalu lintas yang padat merayap. Cuaca cerah agak menghilangkan sedikit kekhawatiran saya tentang kemacetan di jalan yang menanjak, dan bisa terhibur dengan menikmati view dari gunung dan sawah terasering yang keren. Tak melewatkan momen itu, jeprat-jepretlah saya memotret dari dalam mobil.

Pukul 12.00 kami berhenti di sebuah rumah makan bergaya prasmanan (RM Gayatri) untuk ishoma. Tentunya juga isitirahat sejenak untuk suami yang kebagian jadi sopir dari Semarang. Fasilitas di rumah makan ini ada mushola, parkir luas, kamar mandi dan ruang makan yang luas. Selain makanan ala prasmanan, di RM Gayatri juga dijual aneka oleh-oleh khas Wonosobo, yaitu kopi khas Wonosobo, teh Tambi, krupuk nanas, dan beberapa krupuk dari buah-buahan, juga carica. Setelah ishoma, kami melanjutkan perjalanan kembali.


RM Gayatri
rumah-makan-gayatri-parakan

 
Tanpa terasa tibalah kami di kota tujuan, saat itu sudah menjelang ashar (sekitar pukul 15.00). Bertemu keluarga adik ke-2 dan keponakan-keponakan adalah sesuatu yang wajib disyukuri, mengingat kami berada di beberapa kota berbeda. Malam ini kami beristirahat di Purbalingga, kemudian esok hari naik menuju sebuah vila di Baturaden, sambil menunggu kedatangan adik-adik kami yang dari Bekasi dan Semarang.

MENUJU VILA LAWANG OMBO BATURADEN

Hari Jum’at 12 April 2024 kami keluarga besar berangkat menuju Purwokerto setelah Jum’atan (pukul 14.00). Perjalanan membutuhkan waktu satu jam, karena jarak kota Purbalingga dan Purwokerto tidak begitu jauh. Cuaca agak mendung, namun tak menyurutkan semangat anak-anak kami untuk segera sampai di vila yang letaknya di Desa Kemutug Lor Baturaden. Mereka jugalah yang arrange acara-acara yang akan dilakukan di vila. Barbequ-an, acara tukar kado dan karaokean sambil guyon dan saling cerita antar saudara sepupu mengisi malam kami selama menginap di vila Lawang Ombo ini. Meriah dan penuh canda tawa, dalam balutan dinginnya angin malam di kaki gunung Slamet. Oya, malam itu kebetulan adalah hari pernikahan ke-26 adik kami yang nomer dua, jadi ada juga acara pemotongan tumpeng.


Barbeque
acara-barbeque-di-vila
(Gambar: koleksi pribadi)


Acara tukar kado
acara-tukar-kado
(Gambar: koleksi pribadi)


Puas barbeque dan karaokean, kami pun beristirahat karena besok masih lanjut acara off road di Baturaden. Pagi hari sebelum off road, kami sempatkan sarapan dengan nasi Nyangku yaitu kuliner khas daerah Baturaden yang dibungkus dengan daun Nyangku. Tentunya juga foto-foto sejenak karena banyak spot yang instagramable.

Review Vila Lawang Ombo akan saya ulas di artikel berikutnya.

OFF ROAD BATURADEN

Di Baturaden saat ini banyak destinasi wisata dan fasilitas untuk pengunjung, antara lain Balai Kebun Raya Baturaden, taman wisata, pancuran pitu dan masih banyak lagi yang lain. Disini kami mencoba wisata dengan mobil jeep jimny (off road Baturaden), yaitu melintasi hutan wisata dan melintasi jalan off road (jalan setapak) yang hanya bisa dilewati satu buah jeep.

Foto bareng sebelum off road
foto-bareng-sebelum-off-road
(Gambar: koleksi pribadi)

 
Jeep wisata tersebut memang dikelola untuk disewakan ke pengunjung wisata, beserta driver yang sudah berpengalaman dan sebuah jeep hanya diisi 3 penumpang dan 1driver. Hal ini adalah untuk keamanan dan kenyamanan penumpang selama off road, mengingat medan dan rute jalan yang menanjak. Ada 3 paket yang ditawarkan oleh pengelola off road yaitu fun short (durasi 1 jam) dengan sewa 400K, safary/medium (durasi 2 jam) dengan sewa 600K, fun long (durasi 3 jam) dengan sewa 850K, rute ketiga paket tersebut berbeda-beda. Disediakan juga foto dan video pada saat off road, dengan menambah harga. Naik jeep off road ternyata seru dan menegangkan, sport jantung. Waah, bagi saya sangat sangat menegangkan karena hampir sepanjang perjalanan saya hanya duduk sambil pegangan kenceng dan menutup mata saking takutnya (jangan ditiru ya).


Off road Baturaden
off-road-baturaden
(Gambar: koleksi pribadi)

 
Akhirnya selesai juga uji nyali. Sambil melepas lelah sejenak kami makan mendoan dan minuman hangat yang dijual di warung-warung terminal off road (Taman Meruni Baturaden).

Review tentang jeep off road Baturaden akan saya ulas di artikel berikutnya.

PERJALANAN 10 JAM KE SEMARANG

Kami chek out dari hotel pukul 12.00 untuk kembali ke Purbalingga. Di kota ini kami menginap semalam sebelum lanjut esoknya untuk kembali ke Semarang.

Minggu 15 April 2024, sebelum pulang ke Semarang kami sempatkan mampir ke Purwokerto untuk beli oleh-oleh dan mengunjungi salah satu kerabat, pukul 09.00 mulai berangkat dari Purbalingga. Setelah itu kami berangkat dari Purwokerto pukul 11.00 untuk menuju Semarang.

Perjalanan sangat lambat karena banyak titik-titik kemacetan. Dari awal perjalanan kendaraan sangat padat (terutama kendaraan ke arah barat), karena itu mobil dijalankan dengan kecepatan sedang. Saat itu hujan turun dengan deras dan kabut, disertai angin yang bertiup kencang. Sejenak kami berhenti untuk melaksanakan shalat dan makan siang, sekitar 1 jam 15 menit untuk kemudian melanjutkan perjalanan lagi.

Di daerah Wonosobo tepatnya menjelang tanjakan Kledung, disitulah mulai terjadi kemacetan yang luar biasa padat, disertai hujan angin. Kemacetan sempat berhenti beberapa menit, dan selanjutnya antrian kendaraan mulai bergerak sedikit demi sedkiti. Namun diantara jalur kemacetan, ada juga saat-saat jalur kendaraan berjalan lancar. Begitu seterusnya hingga kemudian terjadi kemacetan di daerah Bawen. Untuk menghindari kemacetan yang parah, kami mencari jalur alternative (lewat perkampungan) lain.


Kemacetan lebaran
kemacetan-di-kledung-wonosobo
(Gambar: koleksi pribadi)

 
Akhirnya setelah berjibaku dengan kemacetan, sampailah kami di kota Semarang pada pukul 21.00. Kalau dihitung-hitung, perjalanan kami kali ini ditempuh dalam 10 jam dengan satu kali ishoma. Padahal bila kondisi normal, jarak tempuh Semarang Purbalingga adalah 5 jam bila melewati jalur biasa dan 4,5 jam bila lewat jalan tol.

Walaupun begitu, senang rasanya bisa berkumpul bersama saudara-saudara dan ponakan-ponakan dalam suasana lebaran. Rasa capek mengalahkan rasa puas dan syukur kami bisa berkumpul merayakan lebaran dengan adik-adik. Semoga tahun depan kita masih diberi kesehatan dan dipertemukan dengan ramadhan dan lebaran. Aamiin.

 

Posting Komentar