wahyusuwarsi.com

FILM TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK- NETFLIX


Film yang diangkat dari karya sastra HAMKA (1938) ini menceritakan kisah tulus dua sejoli yang terhalang karena perbedaan status sosial.

Film ini dirilis tahun 2013 dan telah tayang di bioskop seluruh Indonesia. Walaupun sudah 10 tahun namun film ini masih layak untuk ditonton (di Netflix). Saya senang menonton film dengan genre drama background era sejarah. Karena itu, di artikel ini saya ingin mengulas tentang film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini.


Poster film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Tenggelamnya-Kapal-Van-Der-Wijck


IDENTITAS FILM

Film ini diproduksi oleh Soraya Intercine Films, dengan produser Ram Soraya. Sutradara Sunil Soraya menyajikan film dengan apik, dengan latar tahun 1930-an. Penulis skenario Ronny Dhirgantoro, Riheam Junianti dan kawan-kawan berhasil memukau penonton, untuk tak beranjak menyaksikan film berdurasi 2 jam 43 menit ini.

Pemeran dalam film ini adalah Herjunot Ali (Zainuddin), Pevita Pearce (Hayati), Reza Rahadian (Aziz), Randy Nidji (Muluk), Arzeti Bilbina, Jajang C noer.

Untuk usia: 13 tahun ke atas
Genre: Drama Indonesia, sejarah era 1930.

SINOPSIS FILM

Zainudin seorang pemuda yang lahir dan dibesarkan di Makassar, ayahnya berdarah Minang (Pendekar Sutan) dan ibu berdarah Bugis, bermaksud merantau ke tanah Minang (Batipuh) mengenal tanah kelahiran ayahnya (pada tahun 1930) dan juga menimba ilmu agama. Di Batipuh, Zainudin tinggal di rumah Mande Jamila.

Di Batipuh, Zainudin berkenalan dengan seorang gadis bangsawan bernama Hayati. Hayati adalah seorang yatim piatu yang diasuh keluarga terpandang yaitu seorang Datuk. Di Batipuh, Datuk dianggap orang yang berpengaruh sehingga masyarakat sangat menghormatinya. Singkat cerita, Zainudin dan Hayati saling jatuh cinta. Zainudin bermaksud melamar Hayati. Namun lamaran tersebut ditolak. Zainudin dianggap orang miskin, yang tak bersuku, tak beradat, tak berlembaga, tak punya kerabat dan ninik mamak. Kisah cinta mereka dipisahkan oleh dinding negara.


Zainudin dan Hayati
Zainudin-dan-Hayati
(Gambar: Tribunjateng)


Namun sebelum berpisah, dua sejoli ini sempat bertemu di bukit mengucap salam perpisahan. Bahkan Hayati memberi kenang-kenangan (azimat) berupa selendang putih pada Zainudin.

Zainudin diusir dari Batipuh dan pergi ke Padang Panjang untuk belajar ilmu agama (tahun 1931). Di padang Panjang, Zainudin tinggal bersama Abdul Bahri, istrinya dan Muluk anaknya.

Bagaimana dengan Hayati? Ternyata Hayati telah melupakan Zainudin dan menerima lamaran dari seorang pedagang kaya bernama Aziz.

Tentu saja Zainudin sangat terpukul dan mengalami goncangan jiwa.
Namun berkat dorongan semangat dari Muluk, Zainudin berusaha bangkit kembali, melupakan Hayati dan menulis karya-karya sastra yang indah.

Selanjutnya Zainudin bersama Muluk merantau ke Batavia pada tahun 1931. Di Batavia, Zainudin menjadi penulis terkenal yang karya-karyanya banyak disukai masyarakat. Kehidupannya pun meningkat dan berubah.

Zainudin pindah dan dipercaya menjadi pimpinan koran terkenal di Surabaya. Di kota ini Zainudin berhasil menikmati hasil kerja kerasnya. Membeli rumah, mobil, dan memiliki ketenaran. Namun Zainudin tetap rendah hati dan berjiwa mulia, suka menolong sesama.

Dalam suatu kesempatan pementasan opera bukunya yang berjudul "Teroesir", tak disangka-sangka Zainudin bertemu Hayati dan Aziz suaminya. Bahkan dalam kesempatan itu Aziz meminta tolong pada Zainudin untuk membantunya, karena bangkrut.

Atas kemuliaan hatinya, Zainudin mengizinkan Hayati dan Aziz tinggal di rumahnya. Mereka dianggap sahabat oleh Zainudin, dan dijamu layaknya tamu yang harus dihormati.

Sebulan kemudian, Aziz pergi dari rumah Zainudin dan menitipkan Hayati padanya. Suatu saat Aziz akan menjemput kembali istrinya. Akan tetapi setelah lama ditunggu, Aziz tak datang, yang datang adalah sehelai surat cerai dan kabar bahwa Aziz telah meninggal.

Hayati yang merasa bersalah pada Zainudin, meminta agar mereka berdua bisa kembali. Hayati ingin selalu dekat Zainudin. Namun Zainudin menolak, dan meminta Hayarti pulang ke Padang dengan menumpang Kapal Van Der Wijck. Semua biaya perjalanan Hayati, ditanggung oleh Zainudin.


Hayati bicara pada Zainudin
Hayati-bicara-pada-Zainudin
(Gambar: Netflix)


Sebenarnya mereka berdua masih saling mencintai. Terbukti dengan adanya lukisan besar Hayati yang selalu dipasang di ruang kerja Zainudin. Demikian pun Hayati ingin selalu dekat dengan Zainudin.

Musibah terjadi. Kapal Van Der Wijck yang ditumpangi Hayati mengalami kecelakaan dan tenggelam bersama para penumpang. Hayati tak dapat diselamatkan. Cintanya tenggelam bersama dengan tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.

KESAN TERHADAP FILM INI

Menonton film ini rasanya tidak ingin beranjak dari tempat duduk, dan ingin segera menuntaskan kisah cinta dua sejoli Zainudin dan Hayati.

Film ini benar-benar membawa emosi penonton. Pemain film ini dapat menjiwa peran masing-masing yang menggunakan bahasa Minang.

Film ini mengandung masalah-masalah adat di Minang, juga masalah diskriminasi di masyarakat Minang. Perbedaan status sosial masih menjadi kendala bagi suatu pernikahan di Negeri Minang yang kaya raya, bersuku, beradat dan berlembaga. Selain menampilkan kisah cinta dua sejoli, makna lain film ini adalah tentang perjalanan dan kerja keras seorang Zainudin tuk meraih kesuksesan hidup.

Menyuguhkan keindahan Batipuh, Padang Panjang tahun 1930 dan tanah Jawa (Batavia dan Surabaya) tahun 1931, dengan properti era tersebut. Mobil kuno, model pakaian, dan properti-properti jadul, sangat menarik dan mengesankan. Generasi Z wajib nonton film ini, supaya mengenal sejarah juga.

Itu tadi sedikit ulasan saya tentang film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Film ini masih bisa disaksikan di Netflix. Semoga bermanfaat.









 





Posting Komentar