wahyusuwarsi.com

PELATIHAN WINGKO SEMARANG, METODE WOLBACHIA UNTUK MENURUNKAN DBD

 

Awal bulan September diadakan pelatihan dan penyuluhan oleh Pemkot Semarang. Pelatihan ini dihadiri oleh kelompok PKK Kecamatan Banyumanik, Kotamadya Semarang, yang masing-masing mengirimkan beberapa orang wakilnya. Pelatihan yang diselenggarakan di Kelurahan Pedalangan ini membahas tentang Program Wingko Semarang. Tentunya wingko disini yang dimaksud bukan makanan khas Semarang ya, temans. Pemateri pelatihan ini adalah ibu Winda dan ibu Astika dari Puskesmas Padangsari Banyumanik.

Ya, program WINGKO SEMARANG yaitu singkatan dari Wolbachia Ing Kota Semarang. Program Wingko diselenggarakan untuk menekan kasus DBD di Semarang.

Apa sih wolbachia itu? Sepertinya masih asing di telinga kita yang orang awam ini, mendengar kata wolbachia saja rasanya terheran-heran.

BERKENALAN DENGAN  WOLBACHIA

Demam Berdarah memang masih menjadi masalah kesehatan yang serius di beberapa daerah di Indonesia. Dikutip dari sehatnegeriku.kemkes.go.id guna menekan penyebaran dan penularan DBD, The World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta yang dijalankan oleh Prof. Adi Utarini telah melakukan penelitian terkait pengendalian virus dengue dengan menggunakan nyamuk Aedes aegypti yang telah berbakteri Wolbachia. Caranya adalah dengan memasukkan (menyuntikkan) bakteri wolbachia ke dalam tubuh nyamuk, sehingga bila nyamuk menggigit manusia, maka tidak akan menularkan DBD sehingga hal ini akan menurunkan kasus DBD. Dijelaskan oleh Prof. Uut bahwa bakteri wolbachia dapat tumbuh alami di serangga terutama nyamuk, kecuali nyamuk aedes aegypti. Bakteri wolbachia dapat melumpuhkan virus dengue.

Wolbachia ini aman bagi manusia dan gigitannya tidak berdampak dan tidak menimbulkan masalah kesehatan.

Teknologi Wolbachia terbukti efektif menurunkan kasus DBD 77 % dan menurunkan 86 % kasus DBD yang dirawat di rumah sakit.


nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk-Aedes-aegypti
(Gambar: medcom.id)



NYAMUK JAHAT DAN NYAMUK BAIK

Program Wingko Semarang merupakan salah satu teknologi pengendalian DBD di kota Semarang dengan cara melepaskan nyamuk yang mengandung bakteri wolbachia. Disini dibedakan nyamuk jahat (Nyamuk Tanpa Wolbachia) dan nyamuk baik (Nyamuk ber-Wolbachia).

NYAMUK JAHAT

Seperti diketahui bahwa nyamuk jahat adalah nyamuk tanpa bakteri wolbachia. Nyamuk Aedes aegypti menggigit manusia yang telah terinfeksi virus dengue, yang  menyebabkan DBD. Kemudian setelah beberapa waktu, nyamuk tersebut menggigit manusia yang sehat. Manusia yang digigit akan terinfeksi virus dengue (DBD).

NYAMUK BAIK

Nyamuk baik adalah nyamuk dengan bakteri wolbachia. Nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia menggigit manusia yang telah terinfeksi virus dengue. Setelah beberapa waktu nyamuk ber-Wolbachia tersebut menggigit manusia sehat. Apa yang terjadi? Ternyata manusia yang digigit nyamuk ber-Wolbachia “tidak terinfeksi” virus DBD. Nyamuk ber-Wolbachia efektif menekan replikasi virus dengue di dalam tubuhnya.


wolbachia menghambat virus dengue
Wolbachia-menghambat-replikasi-virus-dengue
(Gambar: ig @puskesmaspadangsar)i



TEKNOLOGI WOLBACHIA AMAN

1. Telur nyamuk yang dititipkan aman dari DBD, Chikungunya dan Zika

2. Hasil dari analisis tim ahli independen yang dibentuk oleh Kemenristek Dikti dan Balitbangkes Kementerian Kesehatan, menyimpulkan bahwa resiko yang ditimbulkan oleh teknologi ini dalam jangka waktu 30 tahun ke depan dapat diabaikan.

3. Tidak berdampak pada populasi dan resistensi nyamuk.

4. Wolbachia hanya hidup di tubuh serangga, dan tidak dapat hidup di dalam tubuh manusia dan hewan lainnya.

CARA KERJA NYAMUK BER-WOLBACHIA

1. Nyamuk ber-Wolbachia jantan kawin dengan nyamuk betina lokal, maka telur tidak menetas.

2. Nyamuk jantan lokal kawin dengan nyamuk betina ber-Wolbachia, maka telur menetas menjadi nyamuk ber-Wolbachia.

3. Nyamuk betina ber-Wolbachia kawin dengan nyamuk jantan ber-Wolbachia, maka telur menetas menjadi nyamuk ber-Wolbachia.


Di Semarang metode menekan virus DBD dengan nyamuk ber-Wolbachia ini diterapkan di Kecamatan Tembalang, kemudian di Kecamatan Banyumanik. Seperti diketahui bahwa kedua kecamatan tersebut termasuk daerah dengan kasus DBD yang tinggi.

Dalam pelatihan ini dijelaskan mengenai Peran Orang Tua Asuh (OTA) bagi nyamuk-nyamuk wolbachia tersebut, dan teknik implementasinya.

PERAN ORANG TUA ASUH (OTA) DAN PERAN KADER


PERAN ORANG TUA ASUH (OTA)

Orang Tua Asuh (OTA) adalah warga terpilih yang dititipi paket ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia dan pakan (pelet).

  •  Perlunya melibatkan masyarakat sebagai Oang Tua Asuh (OTA) dalam Program Wingko Semarang (Wolbachia Ing Kota Semarang).
  •  Penempatan antar ember berjarak kurang lebih 75 meter. Hal ini disebabkan karena nyamuk terbang sampai 100 meter.
  • Penitipan ember dilakukan selama 6 bulan (12 kali). Setiap 2 minggu telur diganti.
  • Orang Tua Asuh (OTA) memberikan izin dan menyediakan tempat untuk penitipan ember di rumahnya.
  • Orang Tua Asuh memantau ember tetap aman, tidak tumpah dan tidak hilang.

PERAN KADER

  • Melakukan pendataan OTA.
  • Kader mengganti ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia setiap 2 minggu selama 12 kali.
  • Berkoordinasi dengan OTA, jika dirasa perlu untuk memindahkan ember.
  • Menginformasikan kepada OTA jika masa penitipan ember telah selesai.


PENITIPAN EMBER

Penitipan ember di Kecamatan Banyumanik dilakukan di titik-titik yang telah ditentukan. Adapun di Perumahan Graha Sapta Asri Kelurahan Pedalangan ini, ditempatkan di 16 titik Orang Tua Asuh (OTA). Diharapkan nyamuk ber-Wolbachia ini dapat berkembang biak di wilayah setempat dan melindungi warga dari penularan penyakit DBD.

Kriteria OTA adalah:
  • Tidak punya balita di bawah 5 tahun.
  • Tidak punya orang tua yang tidak beraktivitas (misal stroke).

Penitipan ember berisi nyamuk ber-Wolbachia dilakukan melalui beberapa tahap:

1. Tahap 1, identifikasi Orang Tua Asuh (OTA).

2. Tahap 2, Penitipan paket ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia dan pakan (pelet) di rumah OTA.

3. Tahap3, penggantian paket setiap 2 minggu.

4. Tahap 4, penarikan ember setelah 6 bulan.

TEKNIS IMPLEMENTASI

1. OTA mendapat paket berisi telur nyamuk sebanyak 250 dan pakan (pelet). Telur hanya bertahan 3 hari, karena itu setelah paket diberikan, maka telur harus segera dimasukkan ke dalam ember.

2. Sebelumnya bersihkan ember dengan air mengalir tanpa sabun. Masukkan telur dan pelet ke dalam ember, tuangkan air bersih 0,7-1 liter lalu diaduk. Pengisian air sebaiknya 2 cm di bawah lubang.



ember tempat telur dan pelet
Ember-tempat-meletakkan-telur-dan-pelet
(Gambar: dari narasumber)

 

3. Letakkan ember di titik-titik yang telah ditentukan. Pastikan letak ember terlindung dari sinar matahari (terutama sinar matahari siang yang panas), terlindung dari hujan, jauhkan dari jangkauan anak-anak, mudah dijangkau ketika akan melakukan penggantian paket. Selama 2minggu, ember tidak boleh dibuka.

4. Setiap 2 minggu telur diganti, penitipan paket dilakukan selama 6 bulan (12 kali). Dalam hal ini setiap 2 minggu yang diganti adalah isi embernya (OTA akan mendapat paket telur dan pelet yang baru). Biasanya yang mengganti adalah kader atau bila mungkin adalah OTA sendiri.



ember digantung
Ember-digantung-agar-aman
(Gambar: dari narasumber)

 

5. Penggantian air sebaiknya tidak menggunakan air PDAM. Karena air PDAM mengandung bakteri (belatung) dimana belatung ini akan memakan jentik nyamuk.

6. Dianjurkan untuk mengganti air dengan air isi ulang, air yang sudah dimasak, air yang dikonsumsi, atau air sumur yang dimasak dan diendapkan.



telur nyamuk setelah menetas
Telur-nyamuk-setelah-dua-minggu
(Gambar: dari narasumber)


PENUTUP

  • Walaupun sudah ada program Wingko Semarang ini, akan tetapi pencegahan DBD dengan cara PJN (Pemeriksaan Jentik Nyamuk) dan 3 M tetap harus dilakukan.
  • Nyamuk ber-Wolbachia adalah nyamuk baik.
  • Semoga ke depannya, dengan adanya Program Wolbachia Ing Kota Semarang ini benar-benar berhasil menurunkan atau bahkan menghilangkan kasus DBD  dan melindungi warga masyarakat dari DBD.

Sumber:

Dinkes Kota Semarang tahun 2022, Program Pengendalian DBD di Kota Semarang.

Ibu Astika dan Ibu Winda dari Pukesmas Padangsari Semarang

https://www.sehatnegeriku.kemkes.go.id/wolbachia-inovasi-baru-cegah-penyebaran-dbd

ig @puskesmaspadangsari












14 komentar

  1. pengetahuan baru ini buat saya, ku kira semua nyamuk itu jahat. eh teryata ada nyamuk baik dengan bakteri wolbachia

    BalasHapus
  2. Beberapa waktu silam saya pernah nonton film dokumenter tentang penekanan jumlah nyamuk di Singapura. Biar nyamuk tidak berbahaya di rekayasa genetika yang jantan. Ternyata rekayasa buat nyamuk ada juga di Semarang. Keren pengetahuan baru buat saya Bu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awalnya penelitian dilakukan di Jogja mbak. Saat ini sudah diuji coba di beberapa kota di Indonesia.

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    3. soal nyamuk yang di Singapura itu saya juga nonton di NAS daily, hebat Semarang sudah merambah ke metode baru

      Hapus
  3. Pertama baca judul, kukira itu makanan. Setelah membaca, glodak...perut tidak jadi lapar. Ternyata bahas bakteri dan nyamuk..hehe

    BalasHapus
  4. MasyaAllah ilmu baru lagi ini ibu. Sungguh belum pernah dengar pembiakan nyamuk untuk menekan DBD ini :D

    BalasHapus
  5. Benarkah air PDAM ada belatungnya, Mbak? Ih menakutkan 😱

    BalasHapus
    Balasan
    1. Air PDAM aman utk dikonsumsi karena sudah diberi kaporit. Dalam air PDAM mengandung mikroorganisme (bakteri baik) yg membantu melawan bakteri jahat dan virus. Namun bakteri dalam jumlah yg terlalu banyak, menyebabkan penyakit dan infeksi.

      Hapus
  6. wah, dapat insight baru tentang pernyamukan. terima kasih tulisannya mbak

    BalasHapus
  7. Wah ilmu baru ini kak. Baru tahu ada nyamuk jahat dan nyamuk baik

    BalasHapus
  8. Masya Allah dapat ilmu baru untuk saya tentang pernyamukan mbak. Makasih banyak

    BalasHapus
  9. Baru dengar lho soal Wolbachia ini.. ilmu baru. Tadinya udah mikirin makanan aja si wingko babat..makasih ya Kak..

    BalasHapus