wahyusuwarsi.com

TRAGEDI KANJURUHAN

 

Suasana di stadion
Foto dari Google


Dunia persepakbolaan di Indonesia berduka. Tanggal 1 Oktober 2022 lalu  telah terjadi kericuhan sesaat setelah pertandingan Liga BRI 1 selesai. Dalam peristiwa tersebut 130 orang lebih dinyatakan meninggal dunia, 2 diantaranya adalah polisi.

Para suporter Arema FC yang biasa disebut Aremania, tidak bisa menerima kekalahan dari klub ini terhadap Persebaya. Saat itu Arema dikalahkan Persebaya dengan score 2-3.

Suporter-suporter tersebut mengamuk, dan merekapun kemudian beramai-ramai turun ke lapangan. Pihak kepolisian berusaha menenangkan penonton yang sedang emosi, namun tidak berhasil. Kejadian berikutnya adalah polisi menyemprotkan gas air mata ke tribun, untuk membubarkan kericuhan. Gas air mata ini menyebabkan perih di mata dan sesak napas.

Hal ini menyebabkan penonton di tribun beramai-ramai turun menuju pintu keluar, dalam waktu yang bersamaan. Saling berdesak-desakan, saling berhimpitan, berlomba untuk keluar dari pintu stadion. Kejadian inilah yang menyebabkan banyak penonton yang terjepit, sesak napas dan meninggal.

Ada juga penonton yang mengamuk membakar mobil polisi, dan menghajar petugas kepolisian.

Berbagai pemberitaan di surat kabar, saling menyalahkan antara satu pihak dan pihak yang lainnya.

Terlepas dari semua itu, pemerintah harus mulai waspada dan menerapkan aturan yang ketat dalam suatu pertandingan sepak bola. Hal ini disebabkan karena suatu pertandingan sepakbola tak hanya melibatkan pemain saja. Akan tetapi juga melibatkan penonton yang biasanya adalah fans fanatik suatu klub bola.

Para penonton tersebut sebagian besar adalah remaja-remaja yang masih labil jiwanya. Tidak menutup kemungkinan bila klub nya kalah, mereka tak dapat menahan emosi dan memicu kebrutalan. Mereka biasa disebut dengan nama "Bonek" singkatan dari Bondo Nekat.

Dalam peristiwa tragedi Kanjuruhan, ada juga beberapa anak kecil dan wanita yang menjadi korban meninggal. Hal ini juga harus menjadi perhatian, yang menurut saya sebaiknya wanita dan anak-anak dihimbau untuk tidak menyaksikan pertandingan bola secara langsung. Akan lebih baik bila menonton dari televisi.

Bisa juga disiasati dengan acara nobar sepakbola di cafe, atau tempat lain yang lebih luas, di aula misalnya. Ini akan mengurangi resiko kebrutalan penonton di lapangan, apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Turut berduka cita untuk korban meninggal dalam tragedi Kanjuruhan. Semoga mendapat tempat terbaik di sisi Alloh Swt, dan keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran serta keikhlasan, aamiin.

Semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi, dan dunia sepak bola Indonesia lebih baik lagi ke depannya.



Posting Komentar