Sejak dari SMA saya sangat suka bercocok tanam dan bercita cita untuk bekerja di bidang pertanian atau paling tidak yang berhubungan dengan pertanian. Lulus SMA saya mendaftar kuliah di Fakultas Pertanian sebuah universitas swasta, karena waktu itu tidak diterima di universitas negeri.
Setelah 5 tahun kuliah dan lulus, saya diterima bekerja di sebuah bank swasta terbesar pada saat itu. Lalu menikah dan punya 1 orang anak. Disela-sela waktu libur kerja, saya masih menyempatkan untuk berkebun di rumah. Berkebun tanaman hias atau tanaman sayuran pada lahan yang sangat terbatas. 10 tahun kemudian saya berhenti bekerja karena bank swasta tempat saya bekerja tersebut dilikwidasi.
Semakin banyak waktu saya di rumah sebagai ibu rumah tangga dengan 2 orang anak dan mengurus pekerjaan rumah tangga. Tetapi kebiasaan dan kegemaran saya berkebun masih saja saya lakukan, bahkan lebih banyak waktu luang untuk itu.
Saya juga aktif di kegiatan PKK dan Alhamdulillah diberi tanggung jawab untuk mengelola kebun toga PKK dengan luas 10x7 meter persegi. Lumayanlah untuk ditanami beberapa jenis sayuran dan hasilnya dijual dari warga untuk warga (untuk menambah kas PKK). Sayangnya kebun toga tersebut akhir-akhir ini tampak tidak terurus karena kesibukan masing-masing.
Dari sinilah saya bisa menerapkan ilmu yang saya dapat semasa kuliah dan bisa menyalurkan minat saya untuk bercocok tanam. Tetapi sampai saat ini belum bisa dikatakan sebagai profesi atau sumber penghasilan, baru sebatas hobby untuk mengisi waktu luang saja.
Ada banyak kendala untuk mewujudkan keinginan saya, yang utama adalah belum adanya modal dan lahan yang cukup. Mudah-mudahan suatu saat nanti saya dapat mewujudkan impian saya dan bisa menjadikannya sebagai profesi serta sebagai sumber penghasilan.
Aamiin.
Memang semenyenangkan itu ya mba..menggeluti hobby.. aku pun merasakannya, meski kadangkala naik-turun juga mood-nya..gonta-ganti hobby deh.. Haha.. Salam hijau dr sesama anak pertanian, mbaa..
BalasHapusKalau kita punya hobi kita bisa happy ya, Mbak. Kalau aku nggak begitu suka bercocok tanam tapi ya gitu mau nggak mau aku harus akrab dengan dunia cocok tanam karena emak dan bapakku buruh tani.
BalasHapusBerkegiatan sesuai dengan hobi dan kesenangan itu emang asyik. Bisa jadi sarana healing juga. Happy aja gitu bawaannya.
BalasHapusSejak pandemi banyak yang nggak hobi bercocok tanam jadi suka bercocok tanam. Kalau mbak Yayuk udah suka dari dulu dan malah kuliahnya pun pertanian ya, udah relate banget. Semoga dimudahkan untuk menekuni hobinya. Ditunggu cerita2 berkebunnya nanti.
BalasHapusMatur nuwun mbak
HapusMbaa coba deh follow instagram @britaniasari. Suka share tips bercocok tanam gitu siapa tauu bisa diterapkan jg di kebun punya mba 🤩
BalasHapusTerima kasih mbak
HapusDulu aku cuma suka liat2 taneman tapi mapes merawatnya tp semenjak pandemi aku jd mulai belajar merawat tanreman dan ternyara memang menyennagkan banget. Sekarang sedikit demi swsikit lagi membernahi taman kecil di rumah biar makin oke
BalasHapusWah hobi yang menguntungkan itu mbak, semoga dapat banyak modal dan tanamannya subur. Mayan kan ditanem empon empon bisa panen buat bahan di dapur. :)
BalasHapusSekarang lagi marak lho bertanam dengan lahan terbatas. Di blognya Mba Mechta/Tanti banyak tuh mba, kayaknya bisa diseriusin dan dijadikan ladang pendapatan, terutama untuk tanaman yang masa panennya singkat.
BalasHapusIya betul mbak, istilahnya urban farming kalau ngg salah.
HapusDi dasa wisma saya juga lagi digalakkan bikin kebun di lahan sempit. Beberapa nanem sayur dan empon-empon di polybag dan udah mulai panen. Menyenangkan bisa panen sendiri
BalasHapusWah mamaku juga punya kebun sayur bersama teman-temannya sekompleks dan mereka bergantian merawatnya, kalau panen kebun organik mereka menghasilkan berbagai sayuran dan jadi rebutan Iran sekompleks karena segar dan bebas pestisida
BalasHapus