wahyusuwarsi.com

PENGALAMAN ZIARAH KE MAKAM HABIB TOHA BIN MUHAMMAD BIN YAHYA



Makam Habib Thoha


Dalam rangka bulan Maulid 1446 H saya bersama teman pengajian Khotmil Qur’an berkesempatan melaksanakan wisata religi, di daerah Semarang. Untuk kesempatan yang pertama ini kami hanya mengunjugi tiga destinasi yaitu ke Makam Habib Toha Bin Muhammad Bin Yahya, ke Masjid Jami Pekojan (ulasannya di artikel berikutnya) dan ke Masjid Besar Kauman Semarang, yang saat itu sedang dilaksanakan peringatan Maulid nabi besar Muhammad SAW.

Bersama 5 orang teman yang lain kami memulai wisata religi dan pukul 10.00 sudah sampai di tempat tujuan pertama, yaitu makam Habib Toha bin Yahya. Alhamdulillah, masih diberi kesempatan untuk berkunjung ke makam salah seorang ulama besar (abad ke-18) yang membantu menyebarkan agama Islam, dan juga dikenal sebagai orang yang disegani penjajah kolonial Belanda.

MENGENAL HABIB TOHA BIN YAHYA

Siapakah beliau ini? Habib Toha bin Yahya beliau adalah seorang ulama besar pada abad ke-18, dan juga sekaligus seorang pejuang yang membantu mengusir penjajah karena disegani penjajah kolonial Belanda. Habib Toha bin Yahya dikenal sebagai Mbah Depok. Karena itulah daerah tempat beliau dimakamkan, dikenal dengan nama jalan Depok yang ada di kota Semarang ini. Selain itu Habib Toha bin Yahya juga dikenal turut serta membantu menyebarkan agama Islam.

Dikutip dari rmoljateng.id, selain sebagai ulama besar beliau juga dikenal sebagai seorang guru besar. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya Sultan, Adipati, Senopati dan pejabat-pejabat kerajaan di wilayah Jawa yang berguru pada beliau.

Habib Toha bin Yahya dikenal sebagai “Bapak Umat di Wilayah Asia dan Afrika.” Disebut demikian karena beliau sering melakukan perjalanan di wilayah Asia dan Afrika. Bahkan beliau pernah tinggal di daerah Pakistan, India dan Penang (Malaysia). Dalam perjalanannya, sampailah beliau di Sunda Kelapa (Batavia) untuk kemudian menetap di Semarang.

Di Semarang Habib Toha bin Yahya bersahabat dengan Adipati Semarang, yaitu Raden Kertoboso atau dikenal dengan nama Sayid Abdullah. Saat itu Habib Toha bin Yahya membantu Pangeran Mangkubumi mendirikan Kerajaan Mataram Yogya. Pangeran Mangkubumi bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono I (Sultan HB I). Oleh Sri Sultan HB I, Habib Toha diberikan gelar Kebangsawanan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yaitu Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Ronggo Prawiro Kusumo. Gelar ini diberikan karena jasa-jasa Habib Toha pada Kerajaan Mataram Yogya.

Habib Toha adalah keturunan Rasullullah Muhammad SAW dari pernikahan putri Nabi yaitu Siti Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib. Habib Toha juga menurunkan sejumlah ulama besar antara lain Habib Hasan bin Toha (dimakamkan di daerah Lamper Semarang).

MAKAM HABIB TOHA BIN YAHYA DI SEMARANG


Makam Habib Thoha
bangunan-makam-dengan-
arsitektur-timur-tengah
(Gambar: koleksi pribadi)


Makam ini letaknya ada di jalan Depok, Kembangsari kota Semarang, bersebelahan dengan hotel Pesona. Dahulu bila ingin berziarah ke makam ini, harus melewati sebuah lorong kecil (gang kecil) yang dibatasi tembok, karena letaknya ada di belakang sebuah pertokoan.

Menurut penduduk setempat, keberadaan makam ini sudah lama dan masyarakat belum tahu tentang adanya makam seorang waliyullah di daerah tersebut. Kemudian pada tahun 2018 atas prakarsa Habib Luthfi dilakukan renovasi (pemugaran) makam tersebut. Dari informasi yang saya baca, Habib Luthfi (dari Pekalongan) ini adalah seorang ulama besar dan merupakan keturunan ke-6 dari Habib Toha bin Yahya. Renovasi (pemugaran) makam selesai pada tahun 2022.

Dari jalan Depok tak terlihat bila disini terdapat makam waliyullah seorang ulama besar. Terdapat gapura megah berwarna hijau muda, yang diatasnya terdapat dua bendera. Pengunjung yang berziarah diwajibkan melepaskan alas kaki (sandal, sepatu) di depan gapura masuk. Untuk menuju makam, pengunjung berjalan di halaman terbuka dengan lantai marmer putih. Di sebelah kiri dan kanan terdapat pohon kurma yang menjulang (3 di sisi kiri, 3 di sisi kanan). Di sayap kiri (barat) sebelum masuk area makam terdapat mushala yang sangat bersih dan rapi. Sepanjang jalan menuju makam dihiasi lampu taman di sebelah kanan dan kiri.

Makam mbah Depok merupakan bangunan dengan arsitektur khas Timur Tengah, seperti masjid Nabawi di Madinah, Saudi Arabia. Di atasnya terdapat kubah warna hijau yang megah, seperti kubah masjid. Dari luar area makam, banyak orang yang mengira bahwa bangunan ini adalah masjid kecil. Bangunanya yang indah ini bernuansa purih dan krem, dengan kubah hijau di puncaknya.

Memasuki area makam, ternyata banyak peziarah yang sedang berkunjung. Disediakan juga buku Yasin dan Tahlil yang bisa dipinjamkan ke pengunjung. Bangunan di dalam makam ini sangat nyaman untuk ziarah. Beralaskan karpet hijau, terdapat kipas angin dan rak buku. Makam Habib Toha ada di tengah, di dalam sebuah pagar besi yang kokoh, untuk menjaga kebersihan dan keamanan. Makam ini terbuka bagi peziarah selama 24 jam.

 
Makam Habib Thoha
makam-habib-toha
(Gambar: koleksi pribadi)


Foto di depan makam
foto-bersama-di-depan-makam
(Gambar: koleksi pribadi)


Dari informasi yang saya baca, di samping makam terdapat sebuah sumur dengan diameter 1,5 meter dan kedalaman 5 meter. Walaupun sumur ini dangkal, tetapi tidak pernah kering walaupun saat musim kemarau. Sumur digunakan sebagai sumber air di sekitar makam (berwudhu, sebagai air minum). Banyak orang yang percaya bahwa sumur ini adalah sumur keramat, yang bisa membantu menyembuhkan penyakit.Sayangnya saat berkunjung ke makam, saya tidak sempat memotret sumur tersebut. Semoga suatu saat bisa kembali ziarah ke Makam Habib Toha bin Muhammad bin Yahya.

Demikianlah ulasan dan pengalaman saya ziarah ke Makam Habib Toha bin Muhammad bin Yahya di jalan Depok Semarang.

Referensi:

https://www.rmoljawatengah.id/habib-toha-bin-muhammad-bin-yahya-ulama-dan-pejuang-keturunan-nabi-muhammad-saw-yang-dimakamkan-di-jalan-depok-semarang

https://indoraya.news/cerita-sumur-keramat-di-makam-mbah-depok-semarang-tak-pernah-kering-dan-dipercaya-bisa-sembuhkan-penyakit

10 komentar

  1. Bertahun-tahun tinggal di Semarang, saya baru tahu kalau di daerah Depok ada makam ulama besar. Semoga keteladanannya bisa menular ke seluruh warga Semarang dan para pengunjung makam beliau.

    BalasHapus
  2. Wisata religi yang membuat pemahaman kita mengenai syiar agama Islam semakin meningkat yaa...semoga keteladanan beliau menular pada kita yang mash harus ditempa agar tetap istiqomah

    BalasHapus
  3. Masya Allah, senang sekali bisa belajar sejarah sekaligus berziarah ke makam waliyullah ya, Bun. Mengingat bagaimana proses penyebaran Islam di Indonesia membuat jadi bersyukur saat ini bisa berislam dengan mudah. Semoga kita bisa tetap istiqamah dalam ketaatan dan juga mensyiarkan kebaikan dan keindahan Islam kepada lebih banyak orang. saya lama tinggal di Semarang tapi juga belum pernah dengan ttg beliau Bun 🤭

    BalasHapus
  4. Bangunan ala Timur Tengahnya bagus sekali. Dengan ziarah makam membuat diri berhenti sejenak dari urusan dunia, zikrul maut, mempersiapkan kehidupan berikutnya yang kekal, serta mengenal dan meneladani beliau Habib Toha sebagai guru besar yang berdakwah di tanah Semarang.

    BalasHapus
  5. Cantik dan kelihatan megah makam Habib Thoha dengan bangunan ala Timur Tengah di Semarang. Oh, ternyata di wilayah Depok ya namanya? Berziarah kubur dan mendoakan itu baik, ditambah kita yang masih hidup semakin mawas diri dan bertakwa kepada Allah SWT.

    BalasHapus
  6. Aku baru tahu ada makam Habib Toha di Semarang Mbak, masjid dan makamnya bergaya Timur Tengah dan terawat ya... ziarah makam jadi pengingat agar kita selalu bertakwa pada Allah

    BalasHapus
  7. Alhamdulillah pernah ke sini bareng rombongan, tanpa istri. Pengin juga ngajak istri ke makam Bib Thoha ini. Kami yang lumayan sering ke makam Simbah Kiai Sholeh Darat di kompleks pemakaman Bergota

    BalasHapus
  8. Semoga keteladanan beliau mengispirasi generasi penerus untuk selalu menebar manfaat dan kebaikan

    BalasHapus
  9. Selalu suka dengan wisata religi semacam ini. Gak hanya sekedar jalan-jalan tapi juga ada booster rohani... Jadi bikin merenung bagaimana perjuangan dakwah zaman dahulu kala. Zaman sekarang yang sudah kondusif aja, kita sering lupa menyampaikan kebenaran walaupun 1 ayat, apalagi jika kita hidup di abad 18? Makasih ya kak... artikelnya lengkap dan runtut.

    BalasHapus