MENGENAL MASJID JAMI PEKOJAN
Memasuki area masjid ini, kita dibuat kagum dengan arsitektur bangunan masjid, yang dibangun di atas tanah wakaf dan diberikan oleh seorang saudagar Gujarat India bernama Muhammad Azhari Awan. Masjid ini dibangun pada era 1295 Hijriyah atau tahun 1878 Masehi oleh Syeh Latief yang berasal dari Koja. Jadi masjid ini sudah berumur kurang lebih 150 tahun atau 1,5 abad.Terletak di daerah Pekojan, yang namanya diambil dari Kojan yaitu salah satu daerah di India. Lokasi masjid Jami ada di kawasan perdagangan multietnis yaitu Gujarat, Arab, Tionghoa dan Jawa. Dulu daerah ini merupakan persinggahan para pedagang yang berasal dari Gujarat, India, Pakistan dan lainnya. Mereka datang ke Indonesia untuk berdagang dan juga untuk mendakwahkan agama Islam. Karena itu di daerah ini terdapat dua wilayah yaitu wilayah Pekojan dan wilayah Pecinan. Namun demikian, kedua etnis tersebut saling menghormati satu dan lainnya.
Pada awalnya, luas bangunan masjid hanya 16 meter persegi dan dikelilingi makam. Seiring berjalannya waktu, diperluas menjadi 3.300 meter persegi. Bangunan dengan luas 3.300 meter persegi terdiri dari satu bangunan utama masjid dan serambi masjid yang cukup luas. Namun sebelumnya, makam-makam tersebut dipindahkan lebih dahulu. Makam-makam itu adalah makam masyarakat pendatang yang tidak dapat dimakamkan di daerah asalnya, karena tak mendapat izin dari VOC pada masa itu. Memang dulu daerah ini merupakan pemakaman umum dan sebagian makam sudah dipindahkan.
Di depan masjid terdapat pohon bidara yang didatangkan dari Timur Tengah, mungkin umurnya sudah puluhan tahun. Pohon bidara ini dipercaya dapat sebagai obat herbal penyembuhan penyakit. Di bawah pohon bidara terdapat beberapa makam, yang merupakan makam para tokoh ulama di kawasan masjid Jami Pekojan ini. Selain itu di depan masjid juga terdapat sebuah prasasti bertuliskan huruf Tiongkok. Sayang sekali saya tidak sempat memotretnya.
Ada sebuah makam yang letaknya di masjid (makam I), makam ini berumur 144 tahun (sudah ada sejak jaman Belanda). Makam yang dikelilingi pagar warna kuning tersebut adalah makam dari seorang wanita keturunan nabi, yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Namanya adalah Syarifah Fatimah binti Husain Al-Aidrus
Arsitektur masjid ini merupakan akulturasi budaya Timur Tengah dan Asia Selatan. Terdapat ukuran-ukiran pada jendela dan beberapa ornamen masjid, yang diketahui merupakan campuran (perpaduan) ukiran khas Gujarat dan Jawa. Ukiran-ukiran itu tampak pada ventilasi, jendela, mimbar khotbah dan beberapa hiasan-hiasan (ornamen).
serambi-masjid-jami (Gambar: koleksi pribadi) |
Pada bangunan utama masjid bagian dalam terdapat empat tiang kayu jati berwarna biru. Lantai masjid terbuat dari marmer, sedangkan pintunya merupakan perpaduan kayu dan kaca patri. Indah sekali, sangat artistik dan bernuansa vintage.
Pada serambi depan terdapat 2 buah bedug dan 1 buah kentongan kayu. Bedug dan kentongan ini dibunyikan saat memasuki waktu shalat wajib.
PENINGGALAN DALAM MASJID
Masjid Jami ditetapkan sebagai cagar budaya pada tanggal 4 Pebruari 1992. Sebagai bangunan cagar budaya, tentunya di dalam masjid masih terdapat beberapa barang-barang peninggalan pada jamannya. Peninggalan-peninggalan masjid tersebut adalah:1. Serambi masjid
2. Mimbar khotbah
3. Tempat imam
4. Jendela
5. Ventilasi
6. Sebuah tongkat panjang terbuat dari kuningan berkepala burung, yang di dalamnya terdapat pisau panjang (dahulu digunakan untuk melawan penjajah).
7. Sedangkan di luar masjid terdapat peninggalan pohon bidara (didatangkan dari Timur Tengah).
KESAN MENGUNJUNGI MASJID JAMI PEKOJAN
Dalam rangka wisata religi Pengajian Khotmil Qur’an Alste 85, kami berlima mengunjungi makam Habib Toha bin Muhammad bin Yahya. Kemudian safari wisata religi dilanjutkan ke destinasi berikutnya, yaitu Masjid Jami di Pekojan. Bersama 4 orang teman lain, saya datang ke Masjid Jami pukul 11.00 menjelang shalat dzuhur. Sebelum tiba waktu shalat, saya sempat berkeliling ke area masjid sambil mendokumentasikan beberapa sudut masjid, dan ruang utama (dalam) masjid. Di halaman terdapat pohon bidara yang di bawahnya, terdapat makam para tokoh ulama Masjid Jami. Oya, di masjid juga terdapat sebuah makam, yang diberi pagar kuning yaitu makam seorang wanita keturunan nabi bernama Syarifah Fatimah binti Husain Al-Aidrus (sayang sekali saya tidak sempat memotret makam tersebut).Pada serambi depan masjid terdapat 2 bedug dan 1 kentongan kayu di tengahnya. Saya juga sempat menyaksikan saat bedug dan kentongan tersebut dipukul, menjelang masuk waktu shalat dzuhur. Suasana di serambi dan ruang utama terasa adem, padahal saat itu cuaca di luar sangat panas. Setelah berkeliling masjid, kami berlima mengambil air wudhu untuk shalat berjamaah. Tempat wudhu pria dan wanita dipisah dan berada di belakang.
Baru kali ini saya merasakan shalat di Masjid Jami, yang menurut saya suasananya sangat berbeda. Entah kenapa ya, rasanya seperti kembali ke masa zaman dulu. Mungkin karena masjid ini termasuk masjid kuno (cagar budaya), dengan segala ornament vintage, hiasan dinding kuno, dan ukiran-ukiran perpaduan khas Gujarat dan Jawa. Selain itu juga mungkin lantainya terbuat dari marmer sehingga terasa adem. Bahkan di sudut kiri dan kanan terdapat jam kuno yang besar dan rak berisi beberapa buku di atasnya.
Sehabis shalat dzuhur, kami menyempatkan berfoto sejenak di berbagai sudut masjid. Untung saja saat itu masjid belum dikunci oleh pengurus masjid. Mungkin beliau memberi kesempatan kami berlima untuk eksplore dan foto-foto di masjid ini.
Itulah kesan saya mengunjungi Masjid Jami Pekojan, dan Alhamdulillah saya diberi kesempatan menjalankan ibadah shalat disana. Semoga lain waktu bisa kembali mengunjungi masjid ini.
Referensi:
https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5536079/melihat-arsitektur-timur-tengah-berusia-1-5-abad-di-masjid-pekojan-semarang
https://regional.kompas.com/read/2024/03/20/155645978/mengunjungi-masjid-jami-pekojan-yang-mempunyai-pohon-penyembuh-usianya
Tempatnya bersih
BalasHapusSuamiku orang Semarang mbak tapi aku belum pernah diajak ke sini nih :)
BalasHapusTernyata masjid jami Pekojan ini merupakan bangunan cagar budaya ya, harus dilestarikan terus nih supaya sejarahnya masih tetap ada.
Ornamen masjidnya unik ukirannya mbak
Saya membayangkan sholat di masjid jami Pekojan dengan arsitektur masjid akulturasi budaya Timur Tengah dan Asia Selatan ini pasti beda rasanya. Apalagi segala ornament vintage, hiasan dinding kuno, dan ukiran-ukiran perpaduan khas Gujarat dan Jawa di sekitar area sholatnya..wah. Semoga lain waktu bisa singgah
BalasHapusJadi gagal fokus sama pohon Bidara yg udah tua itu. Di sini nyari pohon Bidara susah banget lho...
BalasHapusAndai bisa ambil bibit dari sana. Hehe...
Pohon Bidara memang bagus buat obat herbal
Apik ya masjidnya, karena terawat dengan baik. Apalagi seneng melihat adanya bedug, soalnya ini bisa jadi tujuan wisata religi juga untuk ke sana
BalasHapusAku belum pernah salat di masjid Pekojan Semarang, mbak. Waktu itu pernah di Masjid Kauman Semarang. Senangnya beribadah sekaligus beristirahat sejenak saat berlibur ke luar kota tuh ya di masjid. Apalagi bersejarah kayak gini seakan-akan flash back ke zaman dahulu. Mesti dijaga kelestarian masjid ini supaya tetap eksis dan digunakan sebaik-baiknya aamiin.
BalasHapusbangunannya mirip kayak masjid suro di Palembang. legendaris banget. molly suka deh jalan2 ke masjid2 bersejarah.
BalasHapusSeneng banget pastinya bisa berkunjung bahkan sholat di Masjid Jami Pekojan.
BalasHapusWisata religi seperti ini sangatlah bermanfaat. Jadia makin menambah wawasan dan pastinya meningkatkan ketaqwaan juga.
Takjub sama bangunannya yang sangat terawat dan nuansa vintage kental. Desain interior perpaduan Gujarat dan Jawa, menawan sekali.
Baru tahu banget saya Mbak kalau ada Masjid Pekojan di Semarang yang usianya sudah lebih dari 100 tahun.Semoga kalau ke Semarang bisa Salat di sini juga.
BalasHapusTerlihat unik daj tradiaional banget, tak cuma sebagai tempat inadah tapi menjadi destinasi wisata...
BalasHapusBaru tahu kalau Semarang punya masjid yang udah tua sekali ya usianya dan masih terawat dengan baik ya sampai sekarang. Luar biasa ternyata di daerah Kojan ada Pecinan dan juga orang2 etnis turunan Timur Tengah ya, jadi masjid ini bisa dikatakan sebagai hasil akulturasi budaya.
BalasHapusSemoga kelak kalau ke Semarang aku bisa mampir ke sana.
Aku barusan googling "Masjid di Semarang".
BalasHapusDan untuk kota besar, masjid besar di Semarang, cukup banyak yaa..
Apalagi di Masjid Jami Pekojan juga ada makam salah satu tokoh masyarakat yang sangat dihormati. Syarifah Fatimah binti Husain Al-Aidrus, sosok perempuan dikenal penyebar Islam yang cukup tersohor di Kota Semarang.
Kayaknya dulu pas gowes sempat juga mampir ke masjid ini mbak. Semarang memang keren yaa.. paduan budaya berbagai negara yang masuk ke Semarang bikin kita kaya akan bangunan2 bersejarah, termasuk tempat ibadah seperti Masjid Jami Pekojan ini.
BalasHapus