MENCARI NAFKAH UNTUK KELUARGA
Sejak bapak mertua pensiun dari sebuah perusahaan swasta dan sakit-sakitan, ibu mulai mengambil alih mencari nafkah bagi keluarga. Ibu membuka usaha jahitan kecil-kecilan di rumah, untuk biaya kuliah dan sekolah putra putrinya. Tentu juga agar periuk nasi tetap terisi dan dapur tetap ngebul. Putra ibu yang pertama adalah suami saya, bisa menyelesaikan kuliah hingga S1, putra kedua juga bisa kuliah D3, tak ketinggalan putri bungsu pun bisa menyelesaikan kuliah D3. Semua adalah hasil kerja keras ibu, menjahit siang dan malam tanpa kenal lelah demi memberi pendidikan yang layak untuk anak-anaknya.Hingga anak-anaknya menikah, ibu masih menerima jahitan dari para langganan. Bahkan saat tahun ajaran baru banyak yang menjahitkan seragam sekolah. Seringkali ibu mendapat borongan seragam dari sebuah SD swasta, dan semua jahitan itu dikerjakannya sendiri tanpa bantuan orang lain. Hebatnya lagi, semua jahitan selesai tepat pada waktunya, dengan ongkos jahit yang tidak terlalu mahal. Itulah sebabnya banyak orang yang menjadi pelanggan setia beliau, selain jahitannya bagus, ongkos jahitnya pun tidak mahal.
KEJADIAN DI BULAN RAMADHAN
Saat itu bulan ramadhan telah tiba. Seperti biasa, banyak pelanggan yang menjahitkan baju ke ibu. Biasanya pada saat bulan ramadhan, jahitan lebih rame daripada hari biasa. Karena menjelang hari lebaran pasti banyak orang yang ingin memakai baju baru. Begitu pun ibu, siang malam lembur menyelesaikan jahitan yang makin menumpuk, tanpa mempedulikan kesehatan dirinya sendiri. Tidur larut malam, setelah itu pukul 02.00 pagi bangun utuk shalat malam dan menyiapkan makan sahur. Setelah shalat subuh pun beliau tak pernah tidur lagi, tetapi melanjutkan jahitan pelanggan yang antri.Pagi hari beliau mengerjakan tugas domestik dibantu seorang pembantu yang pulang siang hari. Bila pagi hari beliau tak hanya menjahit saja, akan tetapi juga mengasuh 2 cucu yaitu anak adik ipar saya yang nomor 2 dan 3. Seorang anak berumur 5 tahun dan seorang balita berumur 1 tahun. Bayangkan betapa capeknya ibu. Kebetulan kedua adik ipar saya semuanya bekerja. Namun memang ibu sendirilah yang meminta agar cucunya setiap pagi dititipkan di rumah ibu. “Buat hiburan." kata beliau.
Suatu sore di bulan ramadhan, ada kejadian yang mengejutkan kami anak-anaknya. Ibu merasakan pusing yang sngat hebat di kepalanya. Memang beliau mempunyai riwayat hipertensi. Hingga ibu muntah darah segar dan pingsan. Segera beliau dibawa ke rumah sakit dan ternyata tekanan darahnya telalu tinggi, namun ibu tak pernah mengeluh. Saat itu tekanan darahnya mencapai 200/190. Dokter menyarankan ibu untuk dirawat di ICU. Menurut dokter, ibu mengalami pecah pembuluh darah dan mati batang otak. Saat itu ibu dinyatakan koma dan dipasang alat ventilator untuk membantu pernapasan beliau. Namun selang sehari setelah masuk rumah sakit, ibu meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Ibu wafat di usia 61 tahun.
Kami tak menyangka, secepat itu ibu pergi meninggalkan kami tanpa berpesan apapun. Tentu saja kami semua kaget, terutama cucu-cucunya yang setiap hari selalu bersama dan diasuh eyangnya.
kasih-sayang-seorang-ibu (Gambar: Pinterest) |
PENUTUP
Seorang ibu selalu rela berkorban apapun demi anak-anaknya. Walaupun mungkin itu terasa berat, namun di hadapan anak-anaknya beliau tidak pernah mengeluh dan berusaha menunjukkan wajah gembira tanpa beban apapun.Ibu mertuaku yang hebat, rela menjadi pahlawan keluarga. Memberikan pendidikan yang layak untuk putra putrinya, hingga menjadi orang sukses dan mandiri. Mencari nafkah demi keluarga, tanpa sedikitpun mengeluh, walaupun mungkin banyak beban yang ada di pikiran dan hatinya.
Semoga Alloh menempatkan ibu di tempat terbaik di jannah-Nya. Mengampuni semua dosanya dan membalas semua amal ibadahnya. Semoga ibu husnul khotimah. Aamiin Yaa Robbal Alaamiin.
Posting Komentar