wahyusuwarsi.com

"BUMI MANUSIA" FILM TENTANG PERBEDAAN KASTA DI JAMAN KOLONIAL BELANDA

Bumi Manusia, satu lagi film dengan setting jaman kolonial Belanda yang membuat saya kagum. Saya nonton film ini lewat aplikasi Netflix, yang sebenarnya masa tayangnya sudah lama banget yaitu 15 Agustus 2019. Ya, memang film ini ditayangkan dalam rangka memperingati Proklamasi Kemerdekaan RI. Tapi saya akan mencoba mengulas film ini di blog saya, sebagai catatan bahwa saya pernah nonton film Bumi Manusia ini.


bumi manusia
film-bumi-manusia
(Gambar: wikipedia.org)


TENTANG PROFIL FILM BUMI MANUSIA

Film ini berdurasi cukup lama yaitu 3 jam lebih 10 menit, dan diperuntukkan bagi usia 21 tahun ke atas. Diproduksi oleh Falcon Picture, disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan penulis skenario Salman Aristo, produser film ini adalah Frederica. Film ini diangkat dari novel karya Pramoedya Ananta Toer seorang sastrawan abad 19, yang berisi 400 halaman. Dialog yang digunakan dalam film Bumi Manusia adalah bahasa Jawa, Melayu, Belanda dan Perancis (4 bahasa). Setingnya adalah tahun 1890 an. Film Bumi Manusia shootingnya di studio alam Gamplong Yogyakarta (artikel sebelumnya).

Sebagian besar pemain dalam film ini adalah bintang-bintang blasteran yang mempunyai wajah Indo, kecuali pemeran Minke (diperankan Iqbaal Ramadhan) yang berwajah Jawa asli.

Pemain film Bumi Manusia:

Iqbaal Ramadhan sebagai Minke (RM Tirto Adhi Soerjo)

Mawar De Jongh sebagai Annelies

Sha Inne Febriyanti sebagai Nyai Ontosoroh

Peter Stark sebagai Herman Mellema (ayah Annelies)

Ayu Laksmi sebagai ibu Minke

Donny Damara sebagai ayah Minke

Giorgino Abraham sebagai Robert Mellema (kakak Annelies)

Jerome Kurniawa sebagai Suurhof

Bryan Domani sebagai Panji Darman

Peran Darsam, Jean Marais (sahabat Minke) dan peran Babah Ah Tjong

SINOPSIS

Dibuka dengan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, kemudian dilanjutkan lagu Ibu Pertiwi yang dibawakan Iwan Fals, Once dan Firza.

Adegan pertama diawali dengan Suurhof yang membangunkan Minke untuk segera melihat upacara pelantikan bupati, dan Minke akan dikenalkan seorang gadis Indo. Suurhof adalah teman sekolah Minke di HBS. Pada jaman kolonial Belanda, hanya anak-anak pejabat dan orang kaya pribumi yang dapat sekolah di HBS. Minke adalah salah satu pribumi yang bisa sekolah di HBS karena ayahnya adalah seorang bupati. Nama asli Minke adalah Raden Mas Tirto Adhi Soerjo, dan di sekolah HBS teman-teman memanggilnya Minke (diplesetkan dari kata monkey/monyet).

Memang saat itu warga pribumi dianggap rendah derajatnya oleh orang Belanda, walaupun mereka bisa bersekolah di HBS bersama anak-anak bangsa Belanda. Saat itu ada 3 kasta yang membedakan yaitu Belanda (asli), Indo (peranakan pribumi dan Belanda), pribumi (Jawa asli) yang dianggap paling rendah dan diperlakukan seperti budak. Hal ini terbukti dari adegan saat Suurhof (Indo) dan Minke masuk ke suatu rumah makan, mereka diusir oleh pemilik rumah makan. Mereka mengatakan, tidak semua toko dan resto bisa dimasuki pribumi (yang disebut monyet).

Kereta kuda yang membawa Minke dan Suurhof tiba di rumah Robert Mellema, yang juga bersekolah di HBS bersama Suurhof dan Minke. Saat itu Minke dikenalkan kepada adik Robert bernama Annelies. Annelies adalah seorang gadis cantik keturunan Indo. Ayahnya seorang belanda asli (tuan Herman Mellema) dan ibunya adalah Nyai Ontosoroh (Jawa pribumi). 

Dulu Nyai Ontosoroh dijual oleh ayahnya pada Belanda, karena ayahnya menginginkan jabatan, saat itu umurnya baru 14 tahun, tetapi Nyai tidak pernah dinikahi secara resmi oleh Herman Mellema. Adegan ini membuat penonton terharu dan menangis, saat Nyai dipaksa oleh ayahnya dan dibawa oleh prajurit Belanda ke rumah tuan Mellema untuk dijadikan gundik. Pada jaman itu terjadi perbudakan (gundik) terhadap wanita Jawa yang dijadikan simpanan oleh para pria belanda. Mereka tak pernah dinikahi, namun hanya dianggap sebagai gundik (simpanan) saja. Nyai Ontosoroh berhasil melahirkan 2 orang anak yaitu Robert Mellema dan Annelies. Robert sangat sombong dan membenci darah Jawa yang mengalir dalam tubuhnya. Sebaliknya dengan Annelies, yang sangat ingin menjadi orang Jawa seperti ibunya. Annelies tidak mau menjadi orang Indo (blasteran Belanda Jawa).

"Aku nggak kepingin dadi Indo. Aku pengin koyo mamah ... Jowo" (Annelies)


Nyai dan ann
nyai-ontosoroh-dan-annellies
(Gambar: detikcom)

 

Setelah berkenalan, Minke dan Annelies saling jatuh cinta. Akhirnya Minke tinggal di rumah Nyai Ontosoroh untuk membantu bisnisnya sambil tetap bersekolah di HBS. Ya, Nyai berhasil menunjukkan sebagai wanita pribumi yang mandiri, tegas, kuat, pintar dan berpendirian kuat. Nyai lah yang menjalankan dan memimpin bisnis keluarga di bidang pertanian dan peternakan hingga sukses dan sebagian pekerjanya adalah orang pribumi. Sementara Tuan Herman Mellema kerjaannya hanya mabuk-mabukan dan pergi ke rumah bordil babah Ah Tjiong. 

Ayah Minke mendengar bahwa Minke sekarang tinggal di rumah Nyai dan berprasangka bahwa Minke menjadi simpanan Nyai. Minke ditangkap anak buah ayahnya, untuk kemudian dipaksa pulang. Dielaskannya bahwa dia tak mempunyai hubungan apapun dengan Nyai, tetapi Minke mencintai putri Nyai yaitu Annelies. Ayah Minke yang baru saja diangkat menjadi bupati, tidak menyetujui hubungannya dengan Annelies. Beliau sangat marah, sambil memukul Minke (adegan ini diperuntukkan bagi 21 tahun ke atas).

Di rumah kabupaten, Minke berkenalan dengan sahabat ayahnya yang orang Belanda beserta 2 putrinya. Mereka kagum dengan pemikiran-pemikiran Minke yang maju. Mereka sangat support.

Selama ini Minke rajin menulis editorial dengan nama samaran Belanda yaitu Max Tollenaar. Sebagai siswa yang kritis, Minke merasakan ketidakadilan pada masyarakat pribumi di tanahnya sendiri, yang diperlakukan rendah oleh Belanda. Minke memperjuangkan kesamaan derajad dan hak bagi pribumi.

"Saya ingin jadi manusia bebas bu, tidak diperintah dan tidak juga memerintah."

"Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku Bumi Manusia dengan persoalannya." (Minke)

Walaupun ayahnya tak menyetujui hubungannya, Minke tetap melamar dan menikahi Annelies. Hanya ibunya yang menghadiri pernikahan itu. Sebenarnya Annelies punya trauma masa remaja. Annelies pernah diperkosa oleh Robert kakaknya. Namun dengan kesabaran dan cintanya Minke, akhirnya Annelies mau menikah dengannya.


minke dan ann
minke-dan-annellies
(Gambar: detikcom)


Persoalan semakin rumit, dengan terbunuhnya tuan Mellema di rumah bordil dan menghilangnya Robert. Selain itu, Maurits (anak Mellema dari istri sah di Belanda) datang untuk merebut semua harta dan perusahaan yang selama ini dikelola oleh Nyai. Nyai dianggap bukan istri sah Mellema. Sementara itu didapat informasi dari pengacara Nyai, bahwa istri sah Mellema sebenarnya sudah bercerai. Nyai merasa semakin terpuruk,  pengadilan memutuskan bahwa Annelies masih di bawah umur dan dianggap bukan anak Nyai. Annelies akan dibawa ke Belanda untuk diserahkan kepada walinya yang sah. Annelies dianggap belum bersuami dan masih di bawah umur. Pernikahan Minke dan Annelies dianggap tidak sah.

Minke berusaha mencari surat pernikahan secara agama, agar pernikahan mereka dianggap sah oleh pengadilan Bealanda. Namun perjuangannya sia-sia, pernikahan mereka dianggap tidak sah secara pengadilan Belanda. Annelies tetap harus dibawa ke Amsterdam, walaupun Jean sahabatnya dan dokter pribadi keluarga Mellema bersaksi, namun semua itu tak menggoyahkan keputusan hakim.

Adegan yang menguras air mata pemain dan mengharukan penonton adalah baku tembak antara orang-orang belanda (pengadilan) dan pribumi yang membela Nyai. Banyak korban berjatuhan, namun keputusan hakim tak bisa diganggu gugat. Annellies dijemput oleh walinya dari Belanda dan dibawa pergi meninggalkan Nyai Ontosoroh dan Minke suaminya. Annllies didampingi oleh Panji Darman (sahabat Minke). Panji Darman adalah pribumi yang diadopsi seorang pastor Belanda, karena itu diizinkan mengawal Annellies hingga ke Amsterdam. Cerita berakhir dengan iringan lagu Ibu Pertiwi yang dibawakan Iwan Fals.

"Kita telah melawan, Nak, Nyo, sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya." (Nyai Ontosoroh)


KESAN MENONTON FILM BUMI MANUSIA

Menurut saya film ini disajikan dengan sangat menarik dan tiap kejadian disajikan dengan urutan yang rapi. Durasi film selama 3 jam tidak membuat penonton bosan, bahkan penonton tak beranjak hingga film berakhir.

Iqbaal Ramadhan sebagai pemeran utama menunjukkan kemampuan akting yang menjiwai perannya sebagai Minke. Dialog bahasa Belandanya juga fasih, namun kadang-kadang dialog bahasa Jawa nya terkesan agak kaku.

Sha Inne Febriyanti, aktingnya benar-benar totalitas dan membuat saya kagum. Penjiwaan sebagai Nyai Ontosoroh, terutama emosi yang meledak-ledak saat berada di pengadilan Belanda, menunjukkan bahwa sikapnya itu tidak lazim bagi seorang nyai. Nyai Ontosoroh benar-benar seorang wanita yang mandiri, kuat, tegas dan berpendirian kuat. Namun sayangnya ending cerita tidak bahagia. Dia harus rela untuk berpisah dengan anaknya, karena keputusan pengadilan Belanda. Hukum agama telah dikalahkan oleh hukum pengadilan Belanda.

Film ini menceritakan bahwa kasta pribumi berada paling rendah. Adegan saat pribumi masuk rumah makan dan diusir karena dianggap monyet. Adegan saat Minke ada di rumah Mellema, diteriaki monyet dan diusir. Adegan di sekolah HBS yang memandang rendah murid-murid pribumi (walaupun mereka anak pejabat). Adegan di pengadilan yang mengharuskan Nyai Ontosoroh dan Minke harus melepas sepatu dan berjalan jongkok hanya karena mereka berkulit coklat (pribumi), sementara Annelies tetap berjalan biasa (tidak jongkok) dan tak perlu melepas sepatu untuk masuk ke ruang pengadilan. Adegan yang menunjukkan bahwa surat nikah secara agama tidak sah dibanding keputusan pengadilan Belanda.

Film ini mengisahkan seorang lelaki pribumi yang jatuh cinta pada gadis Indo di jaman kolonial Belanda (awal abad 20). Saat itu rakyat Indonesia sedang berjuang melawan kolonial Belanda. Film yang mengajarkan bahwa cinta tidak memandang harta dan jabatan.

Di bawah ini adalah video triler film Bumi Manusia:





Walaupun film lama, tapi menarik untuk ditonton. Yuk, nonton Bumi Manusia.

 





 





2 komentar