wahyusuwarsi.com

PISANG PLENET MAKANAN LEGENDARIS KHAS SEMARANG


Hay temans, sudah tahu makanan legendaris khas Semarang? Pasti banyak yang sudah tahu jenis-jenis makanan khas Semarang ya, antara lain ada tahu gimbal, lunpia khas Semarang, tahu pong, nasi ayam, bandeng presto adalah contoh beberapa jenis makanan khas di Semarang. Tapi ada satu jenis makanan legendaris khas Semarang yang mungkin temans belum banyak yang tahu atau bahkan baru pertama kali mendengar. Pasti penasaran kan?

Nah, disini akan saya ulas tentang makanan ini, namanya PISANG PLENET. Mungkin temans heran, kenapa namanya pisang plenet kan?

APAKAH ITU PISANG PLENET?

Pisang plenet adalah makanan jadul khas Semarang yang popular di jamannya yaitu sekitar tahun 1975. Saya masih ingat saat saya masih SD di tahun 1975 (eh, ketahuan umur saya sudah tua ya), ibu saya sering membeli makanan pisang plenet untuk teman minum teh di sore hari atau untuk camilan yang agak berat.

Seperti apakah bentuk pisang plenet? Pisang plenet terbuat dari pisang kepok yang sudah matang, kemudian dibakar dengan arang hingga warnanya kecoklatan. Lalu pisang itu diletakkan diantara 2 kayu panjang, kemudian ditekan atau diplenet hingga bentuknya pipih bundar. Dalam bahasa Jawa plenet artinya gepeng atau pipih.

Untuk menambah cita rasanya supaya enak, pisang yang telah diplenet tadi diolesi mentega pada bagian atasnya, kemudian diberi toping selai nanas atau toping gula halus. Kemudian pisang dengan toping nanas atau gula halus tadi, dibungkus dengan daun pisang, agar menambah cita rasa tradisionalnya. Kalau menurut saya sih, rasanya enak dan nagih, yaitu perpaduan rasa manis dan kecut-kecut asam khas buah nanas.
 

pisang plenet
pisang-plenet-khas-semarang
(Gambar: koleksi pribadi)



Saat ini pisang plenet sudah dimodifikasi supaya agak kekinian yaitu dengan menambah beberapa varian toping aneka rasa. Selain toping nanas dan gula halus, tersedia juga pisang plenet dengan toping mesyes, coklat dan keju. Waah, makin bikin nagih nih, nggak cukup hanya makan satu tangkap. Tapi kalau saya sih, lebih suka pisang plenet dengan rasa jadul alias toping selai nanas. Lebih terasa sensasinya, manis-manis asem gitu.

Oya, pisang plenet ini dijual satu tangkup (sepasang) isinya 2 buah, dengan harga Rp 6.000 perbuah. Jadi untuk setangkup dibandrol harga Rp 12.000. Harga yang sangat terjangkau bila dibanding dengan keunikan dan kekhasan makanan ini, tentunya juga sebanding dengan rasanya.

SEJARAH PISANG PLENET

Dulu di Semarang, sekitar tahun 1975 banyak penjual pisang plenet, dan tiap sore hingga malam hari tampak gerobak mereka berjejer di sepanjang jalan Pemuda Semarang, tepatnya di depan sebuah swalayan. Bahkan di jalan-jalan lain pun juga ada beberapa penjual pisang plenet ini, misalnya di jalan Gajah Mada yang letaknya tak jauh dari jalan Pemuda.

Seiring berjalannya waktu dan tutupnya toko swalayan tersebut, maka semakin berkuranglah penjual pisang plenet ini. Hingga saat ini hanya tinggal seorang penjual pisang plenet, beliau bernama Pak Subandi. Pak Subandi meneruskan usaha kakeknya yang dahulu juga berjualan pisang plenet, dan saat ini Pak Subandi membuka lapak di depan sebuah toko alat-alat rumah tangga (di jalan Pemuda juga). Lapaknya berupa sebuah gerobak, lengkap dengan tungku pembakaran dengan bahan bakar areng atau arang. Guna tungku arang ini adalah untuk proses membakar pisang kepok sebelum menjadi pisang plenet.

Menurut Pak Subandi, makanan pisang plenet ini sudah ada sejak tahun 1970. Kemudian saat ini mulai ngetrend lagi di tengah maraknya makanan kekinian dari luar negeri, dengan harga yang tentunya tidak murah. Setiap sore Pak Subandi membuka lapaknya mulai pukul 16.00-24.00. Rumah Pak Subandi ada di jalan Petek yang tidak jauh dari lapaknya di jalan Pemuda. Karena itulah dahulu lapaknya dikenal dengan nama “Pisang Plenet Petek Pak Subandi.” Namun sekarang lapaknya sudah berganti nama menjadi “Pisang Plenet Khas Semarang Pemuda Pak Subandi.”


gerobak pisang plenet
gerobak-pisang-plenet-pak-subandi
(Gambar: koleksi pribadi)



melayani pembeli
pak-subandi-melayani-pembeli-pisang-plenet
(Gambar:koleksi pribadi)


PENUTUP

Bagi masyarakat Semarang keberadaan pisang plenet ini juga menjadi nostalgia untuk orang-orang yang seumuran saya (lansia otw 60). Namun untuk anak-anak generasi Z perlu juga dikenalkan makanan tradisional khas dari Semarang ini. Supaya pisang plenet tidak hilang ditelan jaman dan agar kita juga mengurangi budaya asing yang masuk ke Indonesia, misalnya makanan-makanan kekinian ala Korea dan lain-lain.

Semoga Pak Subandi selalu diberi kesehatan dan anak cucunya bisa mengembangkan makanan khas pisang plenet ini. Bahkan bisa menjadi icon kota Semarang.

Nah, temans itulah sedikit ulasan saya tentang pisang plenet, semoga bermanfaat.

 

 

Posting Komentar