wahyusuwarsi.com

NOBAR FILM "TEGAR"

 



Kamis tanggal 22 Desember 2022 bertepatan dengan Hari Ibu, Blogger Gandjel Rel mendapat undangan nonton bareng Film Tegar. Acara ini dilaksanakan oleh BPJS Ketenagakerjaan, di XXI Transmart Penggaron. 

Selain Gandjel Rel, hadir juga dalam nobar itu komunitas dari Komunitas Sahabat Difabel Semarang, Grab, Gojek, Shopeefood, UMKM dan beberapa adik-adik mahasiswa. Acara ini diselenggarakan di 11 kota, dan Semarang adalah kota dengan penonton terbanyak yaitu 200 orang lebih.


Foto koleksi pribadi


Foto koleksi pribadi


Dalam kesempatan ini hadir juga beberapa pejabat BPJS yaitu Ibu Swasti,  Bapak Multanti dan Bapak Unggul.

Hadir juga ibu Nurul yang membuka acara dan memberi penjelasan tentang BPJS. Dalam hal ini dijelaskan pentingnya masyarakat ikut BPJS, karena banyak manfaatnya untuk perlindungan bagi diri sendiri maupun keluarga.

Program BPJS yaitu JKM (Jaminan Krmatian), JKK (Jaminan Kecelakaan Kerja), Jaminan Pensiun, Jaminan Kehilangan Pekerjaan. Iuran yang dibayarkan adalah Rp 18.600/bulan.


MIMPI TEGAR YANG INGIN SEKOLAH

Film yang diproduksi oleh Asa Bumi Langit ini disutradarai oleh Anggi Firsca.  Dibintangi oleh Aldifi Tegarajasa  yang memerankan Tegar. Aldifi adalah aktor cilik berbakat dengan kondisi yang sama dengan tokoh yang diperankannya. Ya, aktor cilik ini adalah seorang anak difabel yang cerdas dan menjiwai perannya. Pemain-pemain yang lain adalah, Deddy Mizwar  berperan sebagai kakek Tegar, Sha Ine Febriyanti sebagai Wida atau ibu Tegar, Joanita Chatary sebagai Teh Isy atau ART, Djanton73 sebagai Pak Akbar dan Adhiyat7 sebagai Imam.

Menurut sutradara Anggi Firsca, anak-anak berkebutuhan khusus sangat membutuhkan support system dari orang tua. Dari latar belakang itulah maka film ini diproduksi.

Mengangkat kisah seorang anak  berkebutuhan khusus bernama Tegar. Sejak lahir kedua tangan Tegar dan sebuah kakinya tidak tumbuh. Namun, untuk kecerdasannya tidak kalah dengan anak-anak yang normal.

Sang kakek sangat menyayangi Tegar. Selama 10 tahun ini Tegar tak boleh keluar rumah dan tak boleh sekolah. Ibunya melarang Tegar untuk bertemu dengan orang-orang di luar sana. Ibunya merasa ketakutan bila Tegar dihina dan diejek karena fisiknya tidak sempurna. Dia tidak mau bila anaknya kecewa seandainya dunia luar tidak menerimanya. Seperti ayahnya yang meninggalkan mereka, saat tahu bahwa Tegar lahir tidak sempurna.


Foto dari Google


Ibunya adalah seorang pekerja keras yang sibuk dengan urusan kantor. Selama Tegar di rumah, hanya kakeknyalah yang banyak mengajarkan semua hal pada Tegar  termasuk membaca, menulis, berhitung dan menggambar. Tegar  punya bakat melukis.

Pada ulang tahunnya yang ke 10, Tegar minta hadiah pada kakeknya. Tegar ingin sekolah di sekolah umum dan ingin punya teman. Kakek mengabulkan permintaannya, namun ibunya tidak. 

"Semua yang Wida lakukan ini adalah untuk Tegar dan bukan untuk kepentingan Wida, " ibu Tegar bertengkar dengan kakek Tegar.

"Kamu melakukan semua ini untuk kepentingan diri kamu sendiri. Kamu kurung Tegar di rumah selama 10 tahun," balas kakek Tegar.

Belum sempat Tegar masuk sekolah,  kakeknya meninggal mendadak. Teh Isy yang menjadi ART di rumah itu, menggantikan kakeknya untuk menemani Tegar. Selain itu juga mengurus semua keperluan Tegar.

Masalah datang ketika Wida harus keluar kota selama seminggu. Wida menitipkan anaknya pada teh Isy  yang harus melayani semua kebutuhan dan keperluan Tegar. Dia pun harus menjaga Tegar di rumah dan melarang Tegar ke luar rumah. 

Saat Teh Isy harus pulang untuk menjenguk ibunya yang sakit, saat itu pula Tegar harus bisa melakukan semuanya sendiri. Sebenarnya teh Isy tidak tega menknggalkan Tegar sendirian di rumah, karena itulah teh Isy pergi tanpa pamitan.

Adegan-adegan selanjutnya adalah perjuangan Tegar untuk melepas celana dan bajunya karena basah. Kemudian ada adegan menggoreng telur yang semua harus bisa dilakukannya sendiri, dengan semua keterbatasannya. Namun, dengan tekat dan usahanya yang kuat, Tegar berhasil melakukannya sendiri.

Merasa bosan di rumah sendirian, Tegar pun pergi dari rumah tanpa pamit. Dalam kebingungannya di tengah keramaian, Tegar ditolong oleh seorang bapak yang kemudian membawanya ke rumah pak Akbar. 

Pak Akbar adalah seorang difabel yang punya usaha jahitan. Dia tinggal bersama anaknya yang berumur sama dengan Tegar. Tegar sangat betah di rumah pak Akbar, bahkan menolak untuk diantar pulang.

"Aku sudah nggak punya orang tua lagi om. Boleh aku tinggal disini?"

Sementara itu setelah tiba di rumah, mendapati rumah kosong, teh Isy bingung dan menelfon Wida. 

Mereka berdua mencari Tegar hingga akhirnya menemukannya di sebuah taman kota, bersama pak Akbar dan Imam putranya.

"Orang-orang seperti kami ini tidak butuh dikasihani bu. Kami hanya butuh dimengerti. Itulah yang membuat kami bisa bertahan meghadapi dunia di luar sana," kata pak Akbar pada Wida.

Wida menangis dan menyadari kekeliruannya selama ini. Akhirnya Wida pun mengizinkan Tegar sekolah, di sekolah yang sama dengan Imam anaknya pak Akbar.

Film yang sangat menginspirasi bagi anak-anak seusia Tegar.

Dari awal hingga akhir, film ini mampu menguras air mata bagi yang menontonnya. Akting para pemainnya sangat natural, tapi pesannya sampai ke penonton.

Yuk...tonton film "Tegar." Jangan sampai kelewatan.










Posting Komentar