wahyusuwarsi.com

BAGAIMANA MENGATASI STRES PADA IBU RUMAH TANGGA

Ilustrasi kesibukan IRT

“Bu, sepatu kakak dimana ya?”

“Tas adik mana bu, udah mau terlambat nih.”

“Baju seragamku mana bu?”

“Hari ini ibu masak apa? Adik ingin makan ayam goreng.”

“Bu, bapak minta tolong dibuatkan kopi ya.”

Di atas adalah beberapa contoh pertanyaan dan permintaan penghuni rumah untuk ibu, baik itu permintaan anak-anak maupun bapak.

Bagi ibu rumah tangga yang full mengurus rumah tangga maupun ibu bekerja, seringkali pekerjaan rumah bisa membuat tekanan atau stres yang berkepanjangan. Tak bisa dibayangkan bagaimana untuk ibu rumah tangga yang juga bekerja. Sepulang kantor masih harus mengurus pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak-anak, walaupun mungkin punya asisten rumah tangga, namun untuk urusan anak pastinya masih menjadi tanggung jawabnya setelah seharian ditinggal bekerja.

Pengalaman saya semasa masih menjadi ibu yang bekerja, saat anak sulung masih bayi hingga berumur 2 tahun. Seharian ditinggal ngantor si sulung hanya ditemani pengasuh, tentunya setelah malam pulang kantor, saya pun harus kembali mengurus anak saya. Ya walaupun kadang-kadang pagi hari ditemani ibu saya (eyang putri), namun tidak setiap hari beliau bisa mengawasi anak saya karena beliau pun juga sibuk berorganisasi. Kadang-kadang rasanya memang sangat lelah, setelah seharian bekerja di kantor, pulang malam masih harus menyelesaikan urusan rumah tangga. Hal ini bisa memicu stres bagi ibu rumah tangga bekerja.

Setelah anak saya berumur 2 tahun kemudian saya resign dan full menjadi ibu rumah tangga tanpa asisten rumah tangga. Peralihan dari ibu bekerja menjadi full ibu rumah tangga sempat membuat tekanan atau stres juga. Dari hal yang biasanya tidak pernah saya tahu tentang segala pekerjaan rumah, namun kini mau tidak mau harus menghadapi dan mengerjakannya sendiri.

Semua pekerjaan rumah tangga mulai memasak, mencuci, membereskan rumah, menyapu, mengepel dan mengurus anak dilakukan sendiri tanpa bantuan siapapun. Waktu itu memang anak saya baru berumur 2 tahun. Tahu sendiri kan, masa-masa anak sedang aktif-aktifnya dan tak bisa diam. Jadilah hal-hal kecil menjadi pemicu stres, kepala rasanya penuh, kadang-kadang menjadi pemarah, pokoknya rasanya kerjaan tidak pernah ada habisnya dan terus menerus selalu ada. Selesai membereskan satu sisi, ternyata sisi yang lain belum beres juga. Dan rasanya waktu 24 jam terasa kurang, waktu terasa berjalan cepat sekali. Kalau istilah orang Jawa namanya “kemrungsung” atau tergesa-gesa dalam bahasa Indonesia, hati tidak tenang dan selalu ingin cepat menyelesaikan pekerjaan sementara saya juga harus mengurus si sulung, menemaninya bermain, menemani tidur sambil bercerita, memandikan, menyuapi dan lainnya.

Pandangan masyarakat terhadap ibu rumah tangga bisa juga menjadi salah satu penyebab stres. Profesi ibu rumah tangga sering disepelekan dan dipandang rendah di mata orang. Banyak orang berpendapat, ibu rumah tangga kan tidak punya penghasilan dan tidak berkontribusi apapun terhadap keluarga, di rumah juga paling-paling hanya mengerjakan pekerjaan yang gampang dan sepele (memasak, mencuci, mengepel dan yang lainnya), yang tidak membutuhkan kepandaian khusus. Dan yang pasti ibu rumah tangga tidak mempunyai jam kerja yang jelas. Dari subuh hingga malam, istilahnya bangun paling awal dan tidur paling akhir.

Namun begitu masih banyak yang memandang sebelah mata, memandang rendah pada ibu rumah tangga. Bahkan ada yang berpendapat, bahwa ibu rumah tangga harus selalu siap melayani dan merawat keluarga, ibu tidak boleh sakit karena kalau ibu sakit semua bisa repot dan pekerjaan rumah bisa kacau. Karenanya sering sekali seorang ibu rumah tangga bahkan tak punya waktu untuk dirinya sendiri. Seluruh waktunya dihabiskan hanya untuk melakukan pekerjaan rumah dan mengurus anak, tanpa sempat merawat diri.

Terlalu banyak tugas dan tanggung jawab yang harus diemban oleh seorang ibu rumah tangga, seringkali memicu rasa lelah fisik maupun mental. Bahkan dalam beberapa kasus mungkin juga terdapat tekanan masalah ekonomi dan sosial, yang semakin membuat stres dan lelah. Lelah fisik, lelah hati dan tentunya lelah pikiran.

Studi American Psychological Association (2010), penelitian yang melibatkan lebih dari 1.300 responden wanita termasuk ibu rumah tangga dan wanita yang bekerja di luar rumah, menemukan bahwa ibu rumah tangga mengalami tingkat stres yang lebih tinggi daripada wanita yang bekerja di luar rumah (tentanganak.com).

Hal ini disebabkan karena tugas yang berulang-ulang dan kurangnya variasi dalam kegiatan sehari-hari, kurang dukungan sosial yang dapat memperparah kondisi kelelahan (tentanganak.com).

Kondisi dimana seorang ibu rumah tangga merasa kurang dihargai, tidak bahagia dan terisolasi akibat perannya sebagai ibu rumah tangga, disebut Housewife Syndrome. Mempunyai kecemasan berlebihan, merasa kesepian dan tidak dihargai, mempunyai gangguan makan, merasa tidak berguna karena tidak punya penghasilan dan meras rendah diri, itulah ciri-ciri Housewife Syndrome.

FAKTOR_FAKTOR YANG MENYEBABKAN LELAH DAN STRES PADA IRT

Seorang IRT sedang memasak
ibu-rumah-tangga-sedang-memasak
(Gambar: pinterest)

Rasa lelah yang terus menerus dan stres pada ibu rumah tangga dipicu oleh beberapa hal. Berikut adalah faktor-faktor yang memicu lelah dan stres pada ibu rumah tangga.

MELAKUKAN PEKERJAAN FISIK

Tugas seorang ibu rumah tangga tak ada hentinya, dari mulai bangun tidur hingga tidur lagi bahkan setiap hari bangun lebih awal dan tidur paling akhir. Berbagai pekerjaan rumah rutin yang terus menerus dapat memicu stres pada ibu rumah tangga. Pekerjaan-pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci, mengurus anak dan suami merupakan pekerjaan fisik yang tentunya sangat menguras tenaga, membuat lelah dan memicu stres.

Seringkali pekerjaan-pekerjaan itu dilakukan secara bersamaan untuk menghemat waktu, misalnya memasak sambil menggendong anak, berbelanja sambil membawa anak, atau mencuci baju sambil melakukan yang lainnya. Dengan kata lain melakukan pekerjaan ganda.

TUNTUTAN PERAN GANDA

Hal ini berlaku untuk ibu rumah tangga yang juga bekerja di luar rumah. Ibu yang bekerja harus bisa menyeimbangkan serta membagi waktu antara pekerjaan kantor dan mengurus rumah tangga. Sepulang kantor tentunya ibu sudah merasa lelah, namun sesampai di rumah masih harus mengurus pekerjaan rumah yang terbengkalai dan mengurus anak. Tetapi bagaimanapun hal ini adalah tanggung jawab sebagai ibu yang mau tidak mau harus dijalani.

SULIT MENGATUR WAKTU

Banyaknya tugas rumah tangga dan kegiatan anak menyebabkan seorang ibu rumah tangga kesulitan untuk membagi waktu, terutama waktu untuk diri sendiri (me time).

Pengalaman saya saat anak masih SD, rasanya waktu berjalan cepat sekali. Saat sudah selesai membereskan rumah, saat itu juga harus menjemput anak sekolah sehingga tidak sempat istirahat atau meluangkan waktu untuk diri sendiri. Nah, minimnya waktu luang inilah yang membuat seseorang rentan terhadap stress.

MENUMPUKNYA TUGAS RUMAH

Tugas-tugas rumah yang menumpuk dan dilakukan sendirian, sangat menguras waktu, tenaga dan juga pikiran. Tugas harian yang rutin dan dilakukan secara terus menerus tentu suatu saat juga mendatangkan rasa bosan dan tertekan. Tetapi mungkin karena tidak ada yang membantu, ya mau tidak mau ibu harus mengerjakannya. Hal ini bisa menyebabkan rasa tertekan dan kelelahn fisik maupun pikiran pada ibu rumah tangga.

PEMIKIRAN YANG TERUS MENERUS

Melakukan pemikiran yang terus menerus atau aktivitas mental juga menjadi salah satu pemicu stres pada ibu rumah tangga. Seorang ibu rumah tangga harus pandai mengatur pengeluaran dan menyesuaikan dengan pemasukan keluarga. Selain itu juga harus bisa mengatur menu masakan setiap hari, yang tentunya harus mempunyai gizi terbaik bagi suami dan anak. Dalam hal mengatasi masalah anak pun demikian, seorang ibu harus selalu tanggap terhadap masalah yang dihadapi anak-anak serta bisa mencari solusi terbaik. Belum lagi mengurusi masalah rumah di saat suami sedang tidak ada di rumah.

TIDAK MENDAPAT PENGAKUAN DARI MASYARAKAT

Seperti telah disebutkan di atas, profesi ibu rumah tangga sering dianggap sepele dan diremehkan. Stigma bahwa ibu rumah tangga itu tidak menghasilkan apa-apa, sudah menjadi pandangan di masyarakat. Hal ini dapat menyebabkan ibu merasa rendah diri, merasa tidak berguna dan mengakibatkan rasa tertekan.

MEMPUNYAI RASA BERSALAH

Seorang ibu seringkali merasa bersalah terhadap keluarga, saat merasa lelah maupun ingin meluangkan sedikit waktu untuk diri sendiri. Mereka khawatir di saat sedang “me time,” ternyata anak-anak membutuhkan ibu untuk mengantarkan les, menjemput sekolah misalnya. Jadi seorang ibu merasa harus selalu siap bila dibutuhkan keluarga (anak maupun suami). Ibu tidak boleh lelah. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab pemicu stres pada ibu rumah tangga.

MENDAPAT PENILAIAN BERLEBIHAN

Banyak ibu merasa bersalah dengan penilaian yang berlebihan dari masyarakat atau lebih tepatnya mendapat penghakiman berlebihan dari orang lain. Sebagai contoh misalnya seorang ibu mendapat komentar dari ibu lain, “Anakmu kenapa kurus sekali, apa ngga pernah dikasih makan enak?” Ada lagi komentar yang lebih menyakitkan misalnya. “Baju anaknya dekil banget, padahal ibunya bajunya fashionable sekali.” Bermacam-macam komentar orang yang kadang sangat menyakitkan hati, walaupun mungkin maksudnya bergurau. Hal-hal ini dapat menyebabkan tekanan pada ibu rumah tangga.

Orang beranggapan bahwa setiap urusan keluarga adalah tanggung jawab ibu rumah tangga. Dengan demikian apa yang dipakai anak, apa yang diperbuat anak dinilai sebagai tangging jawab ibu.

TIDAK MENDAPAT DUKUNGAN KELUARGA

Seorang ibu rumah tangga yang tidak mendapat dukungan yang cukup dari keluarga, akan mengakibatkan ibu merasa terisolasi dan lebih mudah stres. Karenanya diperlukan dukungan dari keluarga terutama suami dan anak-anak agar ibu tidak tertekan.

CARA MENGATASI STRES PADA IBU RUMAH TANGGA

Seorang anak membantu ibu
membantu-ibu-mencuci-piring
(Gambar: pinterest)


Di bawah ini adalah hal-hal yang bisa diterapkan untuk mengatasi stres pada ibu rumah tangga, silahkan dibaca ulasannya.
  1. Membuat jadwal harian untuk membantu mengatur waktu agar lebih efektif. Prioritaskan tugas utama, baru kemudian tugas lainnya. Sebagai contoh, tugas utama adalah memasak, mencuci, mengurus anak yang harus dilakukan setiap hari. Sebaliknya tugas membersihkan rumah, kamar mandi, membereskan tanaman bisa dilakukan seminggu sekali (tidak harus tiap hari).
  2. Bagi ibu bekerja, menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga adalah hal yang penting. Prioritaskan tugas utama dan katakan tidak jika terlalu banyak tugas yng harus dikerjakan.
  3. Mendelegasikan tugas dan berbagi tugas dengan pasangan, latihlah anak untuk mandiri. Tidak ada salahnya meminta bantuan pada suami untuk ikut membantu tugas rumah tangga (jika memungkinkan) sehingga mengurangi beban pekerjaan rumah tangga. Melatih anak untuk mandiri juga hal yang terbaik, misalnya anak-anak diberi tanggung jawab membersihkan kamarnya sendiri, membereskan mainannya sendiri serta membantu menyiapkan makanan dan menyapu lantai (untuk anak yang lebih besar).
  4. Mengkomunikasikan kondisi dan berdiskusi dengan suami, bila memungkikan untuk membayar asisten rumah tangga (jasa harian) untuk mengurangi beban pekerjaan rumah. Sebagai contoh adalah untuk laundry, membersihkan rumah.
  5. Untuk menjaga kesehatan mental, luangkan waktu untuk diri sendiri (me time). Lakukan hal-hal yang menyenangkan untuk diri sendiri misalnya perawatan diri, melakukan hobi yang disukai dengan membaca buku, menulis, berkebun, menghasilkan karya atau nonton drakor.
  6. Melakukan pola hidup sehat dengan olahraga teratur, tidur yang cukup, makan makanan bergizi seimbang dan sehat untuk menjaga energi, melakukan relaksasi dengan meditasi, berlatih pernapasan atau yoga untuk menenangkan pikiran.
  7. Untuk menghilangkan kebosanan, bila memungkinkan ambilah kursus ketrampilan, atau kelas-kelas yang sesuai hobi yang bisa menghasilkan. Tidak menutup kemungkinan bila ibu juga bisa melanjutkan pendidikan, dengan mengambil kelas akhir minggu.
  8. Bila memungkinkan bergabunglah dengan suatu komunitas rohani (pengajian, komunitas gereja), atau komunitas yang mempunyai minat yang sama, misalnya komunitas menulis, komunitas cooking walaupun mungkin hanya bertemu mereka secara online di grup WA.
  9. Hal yang tidak kalah penting adalah mendekatkan diri pada Allah Swt dan mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan oleh-Nya,
Menjadi ibu rumah tangga itu tidak mudah, tidak mempunyai gaji tetap, tidak mempunyai jam kerja yang tetap namun hanya butuh keikhlasan, kesabaran dan niat untuk mengurus keluarga. Semoga ulasan di atas bermanfaat bagi para ibu rumah tangga yang hebat.

Referensi:
https://tentanganak.com/artikel/pentingnya-menjaga-kesehatan-mental-ibu-rumah-tangga/?utm_source=chatgpt.com
‹ Lebih lamaTerbaru ✓

Posting Komentar