wahyusuwarsi.com

ULASAN “SEPORSI MIE AYAM SEBELUM MATI” KARYA BRIAN KHRISNA


Cover Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati


Termasuk buku “Best Seller” terbitan Grasindo, cetakan ke-26 bulan April 2025.

No ISBN 978-602-05-3132-8, dengan tebal 216 halaman. Covernya sangat menarik dengan gambar semangkok mie ayam background biru, sangat menggugah selera makan.

SINOPSIS BUKU

Novel ini terdiri dari 12 bab, menggunakan POV 1 dengan alur cerita maju dan bahasanya mudah dipahami.

Ale, seorang pemuda berniat mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri. Ale merasa bahwa lingkungan pergaulan maupun lingkungan kantornya, tak dapat menerima dirinya dengan baik.

Ale merasa tak berguna dengan bentuk tubuh yang dimilikinya. Ya, secara fisik memang Ale terlihat tidak menarik di mata orang-orang.

Badan tinggi besar, kulit hitam, wajah tidak tampan, dengan bau badan yang tak enak, membuat Ale merasa minder dan menarik diri dari lingkungannya.

Di kantor, dia tak punya teman karena semua enggan berdekatan bahkan menyapanya. Kehadirannya sering tidak dianggap. Hanya seorang office boy yang mau berteman dan bertegur sapa dengannya.

Bahkan untuk sebuah kesalahan yang tidak pernah dilakukannya pun, Ale tak mau membela diri hingga mendapat SP I dari kantor (halaman 8).

“Aku bukan prioritas hidup siapa pun. Aku tidak pernah menjadi yang nomor satu, dan aku tidak pernah menjadi yang ‘satu-satunya’ (halaman 9).

Depresi awalnya muncul sejak Ale kecil, karena sering dipanggil genderuwo dan babon oleh teman-teman mainnya. Sedangkan orang tuanya pun tak pernah sekalipun membelanya, jika Ale dicemooh teman mainnya.

Hari ini adalah ulang tahunnya dan Ale merayakan seorang diri di apartemennya. “Selamat ulang tahun yang terakhir Ale,” gumamnya. Karena dia akan bunuh diri 24 jam dari sekarang. Sebelum bunuh diri, Ale membersihkan apartemennya yang sangat kotor, makan makanan mahal, menyanyi berkaraoke dan mabuk.

Ale ingin bunuh diri dengan minum semua obat depresan miliknya. Tetapi obat itu harus dikonsumsi setelah makan. Karenanya Ale ingin menikmati seporsi mie ayam langganannya, sebelum mengakhiri hidupnya. Namun sesampainya disana, ternyata penjual mie ayam langganannya baru saja meninggal. Ale kecewa dan berusaha mencari mie ayam yang lain untuk disantap sebelum dia bunuh diri.

Banyak hal ditemui Ale dalam perjalanan sebelum bunuh diri. Bertemu preman bernama Murad di penjara setelah sebelumnya Ale dijebak sebagai pemakai narkoba. Hingga akhirnya menjadi preman anak buah Murad, yang bertugas menagih hutang orang-orang yang belum bayar. Justru di lingkungan preman inilah Ale merasa diterima. Orang-orang menghormatinya sebagai anak buah Murad yang ditakuti. Mereka tunduk kepada Ale dan gerombolan Murad. Ale menjadi anak buah kesayangan Murad.

Terkadang kamu justru bisa menemukan harta karun di tempat yang tidak pernah kamu sangka-sangka sebelumnya (halaman 84).
Dalam perjalanannya, Ale bertemu banyak orang dengan latar belakang berbeda-beda.
Selama ini aku selalu mencari jawaban dari tempat-tempat yang jauh, padahal Tuhan meletakkan jawaban itu begitu dekat denganku. Yang kubutuh hanya melihat lebih luas dan lebih bijaksana (halaman 205).
Bertemu dengan Mami Louisse di sebuah klub malam, dimana dia adalah partner Murad dalam menjual barang haram. Selain itu bertemu dengan Juleha seorang wanita penghibur berumur setengah baya. Juleha bekerja sebagai wanita malam, untuk biaya sekolah anaknya. Ale jadi sadar bahwa masih banyak.orang yang menderita dibanding dirinya.

Ale ingat ungkapan terima kasih Ipul seorang office boy di kantor. Dia sangat berterima kasih kepadanya yang selama ini memberi makanan pada Ipul. Makanan itu sangat berarti bagi Ipul dan anak istrinya.

Selain itu ada Bu Murni yang merindukan anaknya. Anaknya sangat mirip dengan Ale, karenanya beliau sangat sayang pada Ale. Bu Murni adalah seorang wanita yang sudah sepuh dan hidup sendiri, dan sudah dianggap seperti orang tua sendiri oleh Ipul. Melalui Ipul inilah Ale kenal Bu Murni. Sejak Ale dan Bu Murni kenal, mereka berdua bertambah akrab. Bu Murni mulai bisa bicara dan terbuka pada Ale, menceritakan anaknya yang dirindukan karena tak pernah pulang menengok ibunya.

Orangtua tidak selalu benar, Mereka juga bisa berbuat salah kepada anaknya. Sayangnya, orang tua terlalu angkuh untuk mau mengakui bahwa anaknya juga bisa terluka (halaman 148).

Cerita hidup Pak Uju penjual layangan yang ditemuinya, juga masih diingat Ale. Banyak pelajaran hidup yang didapat Ale saat dia hendak mengakhiri hidup.

Pak Jipren adalah orang buta penjual Kerupuk Bangka. Ale bertemu di jembatan penyeberangan. Saat itu ada seorang pembeli yang tidak jujur, menukar uang seratus ribu dengan dua puluh ribu. Ale melihatnya dan dihajarlah penipu itu. Dari sinilah terjadi perkenalan Ale dan pak Jipren, yang banyak memberi pelajaran hidup. Walaupun buta dan menderita, tapi pak Jipren tetap bertahan hidup.

Terakhir yang ditemui adalah Pram anak pak Jo penjual mie ayam.

“Abang yang udah bantu mengangkat jenazah Bapak, gak mungkin saya lupa. Abang kemana saja? Saya sudah belanja buat bikinin abang mie ayam loh kemarin-kemarin itu.” ( halaman 206). Ale pun menikmati mie ayam buatan Pram dengan nikmat.

Ternyata benar, kamu justru bisa mendapatkan harta karun di tempat-tempat yang tidak pernah kamu sangka sebelumnya (halaman 207).

KESIMPULAN

Novel ini ditulis berdasarkan wawancara dan cerita kawan- kawan penulis sebagai penyintas depresi akut.

Dalam hal ini Ale menderita depresi akut sejak kecil karena dibully, disebabkan bentuk tubuh dan wajahnya tidak menarik. Besar, gemuk, hitam dan bermasalah dengan bau badan, sehingga dipanggil genderuwo dan babon.

Setelah dewasa pun Ale masih mengalami perundungan di kantor. Tak ada seorangpun yang mau berteman dengannya. Bahkan untuk suatu kesalahan yang tidak dilakukannya pun, dia tak bisa membela diri hingga menanggung akibatnya.

Dari buku ini banyak pelajaran hidup yang bisa didapat. Penulis banyak menuliskan kata-kata sebagai motivasi hidup.

Dari berbagai hal yang ditemuinya, Ale menemukan kembali makna hidup, menghargai hal-hal kecil dan belajar menerima. Ale merasa dihargai dan dianggap ada saat bertemu dengan orang-orang yang memiliki latar belakang kurang baik.

Buku yang membahas isu kesehatan mental ini, ceritanya dekat dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Pesan yang didapat dari buku ini adalah:

Kunci untuk bisa bertahan hidup bukanlah selalu berpikir positif, tetapi mempunyai kemampuan untuk menerima. Menerima jika tidak semua hari akan berjalan baik, tidak semua rencana akan berjalan lancar, tidak semua orang akan berlaku baik ketika kamu baik kepada mereka. Dan itu semua tidak apa-apa (halaman 207 dan 208).
Kita harus punya alasan-alasan sederhana yang membuat kita selalu semangat dan ingin hidup ini terus berlanjut. Semoga bermanfaat.










‹ Lebih lamaTerbaru ✓

Posting Komentar