wahyusuwarsi.com

SETITIK HARAPAN DAN IMPIAN DARI DAERAH PESISIR DI AMPENAN MATARAM


Bersama anak-anak pesisir Mataram


Saat pandemi melanda negara ini (tahun 2020) kondisi perekonomian menurun, banyak PHK, dan terjadi kekhawatiran bila tertular covid. Karenanya pemerintah memberlakukan pembatasan kegiatan di masyarakat. Bekerja dari rumah (WFH), sekolah daring (dalam jaringan/online) dan melarang masyarakat berkumpul dalam jumlah tertentu.

Adalah seorang pemuda yang saat itu sedang pulang ke kampung halamannya, di Ampenan, Mataram NTB. Hatinya dilanda keresahan yang mendalam. Mengapa? Jauhari Tantowi nama pemuda itu, merasa resah karena melihat anak-anak di kampung halamannya, kesulitan melaksanakan sekolah daring. Sebuah perkampungan nelayan di pesisir Bintaro, di sudut kota Mataram.

Anak-anak nelayan itu harus menyewa handphone Rp 2.000 per jam, demi bisa mengikuti sekolah online. Namun hal ini tidak efektif karena sering terganggunya jaringan internet, ditambah lagi anak-anak itu sulit menangkap pelajaran yang disampaikan guru secara online.

Pemuda berusia 27 tahun itu, berasal dari Ampenan, kota Mataram, NTB. Putra dari pasangan Trumarnoto dan Sri Nurhayani (asal Kel. Banjar, Kec. Ampenan Mataram) adalah lulusan dari Teknik Geodesi, Institut Teknologi Nasional Malang.

Bersama 7 orang teman yang dipimpinnya, mereka mendirikan sebuah sekolah non formal, bagi anak-anak nelayan itu. Mereka pun prihatin melihat tingkat literasi di daerah itu sangat rendah, namun pernikahan dini angkanya tinggi.

AWAL MULA BERDIRINYA SEKOLAH PESISI JUANG

Banyak halangan saat ide mendirikan sekolah gratis ini tercetus. Penduduk setempat tidak percaya, mencemooh bahkan merobohkan bangunan. Mereka berpendapat bahwa sekolah hanya buang-buang waktu saja.

Namun para pemuda yang dipimpin Jauhari Tantowi itu tidak gentar, mereka telah membulatkan tekad mendirikan sekolah gratis demi kemajuan anak-anak nelayan di pesisir Bintaro, Ampenan. Awalnya tempat belajar gratis ini berpindah-pindah ruang, kadang di tepi pantai, kadang di bawah pohon atau di balai warga.


Belajar di tepi pantai
belajar-di-tepi-pantai-pun-tak-masalah
(Gambar: mediadinamikaglobal.id)

Namun setelahnya didirikanlah sebuah bangunan sederhana di pinggir pantai Ampenan. Sebuah bangunan di atas lahan berukuran 6 x 10 meter persegi, dibangun dari swadaya masyarakat. Untuk menuju Sekolah Pesisi Juang harus melewati sebuah gang kecil atau yang lebih tepat disebut lorong. Fasilitas-fasilitas sederhana berasal dari para donatur yang berupa alat-alat tulis, buku, rak buku dan lainnya.

Sebuah papan kayu bertuliskan “Setiap Tempat Adalah Sekolah.” Menggambarkan semangat bahwa sekolah bisa dilakukan dimanapun. Setitik harapan dan impian untuk mewujudkan cita-cita anak-anak nelayan di pesisir pantai Bintaro Ampenan.

Jauhari percaya bahwa “Pendidikan adalah jalan perubahan.” Bersama para relawan, Jauhari mengajar anak-anak nelayan ini. Fokusnya adalah literasi anak-anak nelayan. Pelajaran yang diajarkan meliputi membaca, menulis dan berhitung. Metode pembelajaran adalah bermain sambil belajar, agar anak-anak tidak bosan belajar. Awalnya usia anak yang sekolah disini adalah 4 sampai 6 tahun yang dibimbing seorang guru.

Namun saat ini, banyak juga anak-anak SMP dan SMA yang berkonsultasi tentang pelajaran yang tidak dimengerti kepada sukarelawan pengajar. Ini adalah untuk anak-anak yang masih menjalankan sekolah daring, dan terkadang mereka kurang mengerti apa yang dijelaskan gurunya secara online. Karenanya mereka bertanya mencari solusi kepada relawan pengajar.

Menurut Jauhari:

Sekolah Pesisi Juang didirikan untuk membantu meningkatkan indeks pembangunan manusia yang ada di pesisir kota, serta memberikan pendidikan yang layak untuk mereka yang membutuhkan.

PROGRAM SEKOLAH PESISI JUANG

Proses belajar di Sekolah Pesisi Juang
proses-pembelajaran-di-sekolah-pesisi-juang
(Gambar: ig @sekolah.pesisi.juang)

Program pembelajaran yang pertama dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2020. Sekolah ini tepatnya berlokasi di pesisir pantai Bintaro, Jl Moh. Ruslan, RT 04 Lingk. Bintaro Jaya, Kelurahan Bintaro, Kecamatan Ampenan.

Sekolah ini punya bangunan sendiri setelah 5 tahun. Adapun bangunan senilai 160 juta tersebut adalah sumbangan dari para donatur, yang berasal dari Bali hingga Singapura. Dan sekolah ini diperuntukkan bagi anak TK hingga SMA.

Beberapa program sekolah  yang sudah berjalan hingga saat ini antara lain adalah:
  • Program beasiswa
  • Program bantuan sosial untuk korban banjir
  • Program pelatihan kerajinan bagi ibu dan anak-anak nelayan
  • Program bantuan perlengkapan sekolah
  • Program pemeriksaan kesehatan
  • Program clean up atau kebersihan pantai
  • Program huntara (hunian sementara)
Saat ini sekolah Pesisi Juang sedang menunggu izin formal dari Dinas Pendidikan, karena sekolah ini belum bisa menerbitkan ijazah (masih sekolah non formal). Semoga dengan terbitnya izin dari Dinas Pendidikan, dapat memberi harapan serta cita-cita anak-anak nelayan disini agar bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Aamiin.

DAMPAK BERDIRINYA SEKOLAH PESISI JUANG

Berdirinya Sekolah Pesisi Juang ini memberikan dampak yang sangat positif utamanya bagi anak-anak nelayan di pesisir Bintaro. Apa saja dampak positif bagi mereka?
  • Dulu sebelum berdiri Sekolah Pesisi Juang, tingkat literasi di daerah ini sangat rendah, bahkan yang tinggi adalah tingkat pernikahan dini. Namun kini dengan berdirinya sekolah ini, kondisi berbalik menjadi tingkat literasi yang tinggi dan pernikahan dini yang rendah. Artinya masyarakat disini menyadari bahwa pendidikan sangat penting untuk anak-anak nelayan ini.
  • Anak-anak semakin percaya diri untuk melanjutkan sekolah.
  • Adanya sekolah ini, respon orang tua sangat positif. Mereka merasa bangga karena sekarang anak-anak lebih punya rasa percaya diri, lebih berani berbicara dan mengemukakan pendapatnya dan yang terpenting adalah mereka punya harapan dan cita-cita untuk masa depannya.

MENDAPAT PENGHARGAAN SATU INDONESIA AWARDS

Jauhari Tantowi
Jauhari-Tantowi-10-finalis-ajang-SIA
(Gambar: ig @sekolah.pesisi.juang)

Karena jasanya mendirikan Sekolah Pesisi Juang inilah, Jauhari Tantowi berhasil masuk menjadi finalis 10 besar nasional ajang 16th Satu Indonesia Awards. Jauhari mewakili daerah NTB di kancah nasional. Namun sebelumnya pemuda ini berhasil masuk nominasi 20 besar ajang yang sama, dimana pesertanya berjumlah lebih dari 8.000 orang dari seluruh Indonesia. Dari wilayah Indonesia Timur hanya NTB satu-satunya yang berhasil masuk nominasi 20 besar.

Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards merupakan wujud apresiasi Astra untuk generasi muda, baik individu maupun kelompok, yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi (astra.co.id).

Semoga keberhasilan Jauhari Tantowi ini dapat memberikan inspirasi bagi generasi muda yang lain, untuk memajukan daerahnya baik itu di bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, kewirausahaan maupun bidang teknologi.

#APA2025-ODOP/PLM/BLOGSPEDIA

Referensi:

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2025/09/03/jauhari-tantowi-dan-sekolah-pesisi-juang-mewujudkan-pendidikan-gratis-anak-nelayan-kota

https://www.mediadinamikaglobal.id/2025/09/jauhari-tantowi-dan-sekolah-pesisi.html

https://radarlombok.co.id/perjuangan-dari-gang-sempit-menuju-mimpi-besar.html

https://astra.co.id/

‹ Lebih lamaTerbaru ✓

Posting Komentar