wahyusuwarsi.com

HIDUP SEHAT ALA LANSIA

Hidup sehat ala lansia


Saat covid melanda tahun 2020, kami sekeluarga sempat disapanya. Kami berempat (saya, suami dan 2 anak) disapa covid jenis Omicron dan terpaksa harus isolasi mandiri di rumah selama 14 hari. Usia saya saat itu sudah menginjak 55 tahun. Ya namanya juga cobaan, kami jalani dan nikmati saja dengan sabar.

Di komplek perumahan kami juga banyak yang terkena covid waktu itu. Bahkan saya mendapat tugas untuk mengedarkan makanan bagi keluarga yang disapa covid. Tetapi tentu saja tanpa berinteraksi dengan tetangga, makanan saya letakkan di pagar (dicantolkan). Namun akhirnya kok keluarga kami terkena juga. Waktu itu hanya beberapa rumah yang bebas covid, termasuk keluarga saya dan vaksin juga sudah lengkap.

Dalam isolasi mandiri, kami sekeluarga berusaha makan makanan bergizi, minum obat dokter teratur dan tentunya minum vitamin-vitamin yang disarankan. Tak lupa juga rutin berjemur di bawah sinar matahari. Alhamdulillah 2 minggu setelah isolasi mandiri, kami sekeluarga dinyatakan sembuh dan bisa beraktivitas lagi.

Di artikel ini, saya ingin cerita pengalaman sesudah disapa omicron.

PENGALAMAN SETELAH COVID

Pengalaman setelah kena covid yang tidak pernah saya lupakan adalah berat nafsu makan saya yang bertambah, sehingga berat badan pun ikut naik dengan cepat. Dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi, berat badan ideal saya kira-kira 50 kg. Awal sebelum covid berat badan ada di angka 49 kg. Secara kasat mata memang saya terlihat lebih kurus, dibanding setelah covid yang mencapai 57 kg. Jadi sempat naik sekitar 8 kg lebih.

“Ibu kok sekarang gendut banget sih,” komentar anak bungsu saya. Sebenarnya malu juga saya dibilang seperti itu oleh si bungsu. Bahkan banyak teman yang berkomentar kalau saya tambah gemuk. Biasalah emak-emak paling anti dibilang gendut. Memang setelah berat badan saya melebar atau melar (tambah gemuk), rasanya lebih berat dan nggak nyaman dibanding dulu saat berat badan 49 kg.

Karena badan terasa berat itulah, saya jadi jarang berolahraga bahkan bisa dikatakan hampir tidak pernah berolahraga. Berbeda dengan dulu yang masih mengikuti yoga seminggu dua kali. Tak hanya itu keluhan saya, berjalan pun rasanya berat dan cepat lelah, napas ngos-ngosan apalagi kalau pas jalan di daerah yang agak naik. Daerah perumahan saya memang jalannya nggak datar, ada beberapa area yang jalannya naik.

Sering sesak napas juga saya rasakan kalau badan merasa capek, terutama setelah mengerjakan tugas domestik ibu rumah tangga. Tetapi keinginan makan juga terus bertambah sehingga badan semakin melar. Lucunya lagi, banyak baju-baju saya yang dulunya longgar, kini malah tidak cukup (sesak).

Jadi banyak sekali keluhan yang saya rasakan setelah sembuh dari covid karena bertambah gemuk, yaitu sering sesak nafas, cepat merasa lelah, napas sering ngos-ngosan, tidak kuat berjalan jauh dan baju banyak yang sesak (ini kondisi khusus ya..hehehe).

HIDUP SEHAT ALA LANSIA

Dari pengalaman dan berbagai keluhan yang saya alami pasca covid, saya menjadi lebih aware terhadap tubuh serta kesehatan. Ya, maklum saja tahun ini usia saya sudah 60 tahun, yang lebih dikenal dengan usia lanjut. Usia yang sudah tidak muda lagi tentunya, karenanya harus mengatur pola hidup sehat sehingga masih diizinkan berkegiatan oleh Allah swt.

Apa saja yang saya lakukan untuk menurunkan berat badan, dan menjaga pola hidup sehat? Berikut ini ulasannya, silahkan disimak dan dibaca.

MENGATUR POLA MAKAN

Menu makanan sehat
mengatur-pola-makan
(Gambar: edit by canva)

Sejak disapa omicron dan bertambah berat badan, saya bertekad untuk mengatur pola makan agar lebih sehat. Keinginan saya adalah kembali ke berat badan ideal, dan bisa lebih lincah beraktivitas. Disini bisa diartikan bahwa lebih kuat berjalan jauh dan tidak ngos-ngosan, tidak mudah lelah, bisa naik tangga dengan ringan dan tubuh merasa lebih bugar. Caranya dengan mengurangi konsumsi nasi (sarapan tanpa nasi).

Setiap pagi saya sarapan dengan makanan berserat yaitu sayur-sayuran, buah, dan sebutir telur ayam sebagai protein. Sebagai contoh adalah telur, apel/ peer, kentang, wortel, sawi sendok/bayam/selada, buncis/kacang panjang, atau daging ayam (kadang-kadang). Bisa divariasi dengan buah maupun sayuran lain agar tidak bosan.

Membatasi gula, garam dan lemak jenuh (sayuran direbus). Selain itu agar tidak dehidrasi disarankan banyak minum air putih.

Makan siang juga harus dijaga agar tidak berkalori terlalu tinggi. Dalam hal ini nasi tidak terlalu banyak dan lauk sewajarnya. Selanjutnya makan malam tidak lebih dari jam 19.00

BEROLAHRAGA RINGAN

Selain menjaga pola makan, saya biasakan rutin berolahraga ringan minimal 2 kali dalam seminggu. Kalau dulu sebelum covid, saya rutin ikut yoga seminggu dua kali. Namun kini saya mencoba ikut senam sehat lansia (satu jam), dan jalan pagi setengah sampai satu jam. Rutenya yang tidak terlalu jauh dan ringan-ringan saja, yang penting kaki dan tubuh bergerak, berkeringat dan mendapat full sinar sang matahari. Berjalan kaki sangat baik untuk kesehatan jantung dan otot. Setelah terbiasa, kita tambah waktunya berolahraga seminggu tiga kali.

Sebenarnya banyak yang menyarankan untuk olahraga renang, minimal jalan di air disebabkan saya punya kelainan skoliosis di punggung saya. Akan tetapi hingga saat ini kegiatan renang belum terlaksana, karena waktunya belum cocok. Semoga suatu saat saya mendapat kesempatan ikut olahraga dan terapi renang ini.

Usia lansia seperti saya juga perlu berlatih beban ringan untuk menambah massa otot, sehingga tulang tidak cepat rapuh. Gerakan-gerakan rutin juga dapat menjaga stabilitas dan keseimbangan. Aktivitas fisik dapat menjaga kesehatan jantung dan meningkatkan daya tahan tubuh.

TIDUR DAN ISTIRAHAT CUKUP

Tidur cukup
tidur-dan-istirahat-cukup
(Gambar: edit by canva

Setiap hari pukul 04.30 saya sudah bangun pagi, dilanjutkan shalat subuh dan sibuk di dapur menyiapkan sarapan dan bekal. Memang anak-anak (sekolah) dan suami (ngantor) sudah terbiasa saya bawakan bekal dari rumah, lebih hemat dan sehat.

Karena bangun tidur lebih awal, saya berusaha tidur pun lebih awal. Saya terbiasa tidur minimal 8 jam setiap malam.

Agar tidur lebih nyenyak dan tak terganggu, sebelum tidur hindari penggunaan gadget. Kemudian ciptakan lingkungan tidur yang nyaman.

BERSOSIALISASI DENGAN ORANG LAIN

Bersosialisasi

Sangat penting melakukan sosialisasi dengan teman, saudara, tetangga maupun komunitas lain. Dengan bersosialisasi bersama orang lain, akan menjaga kesehatan mental kita.

Saat ini pun saya bergabung dengan beberapa komunitas, baik itu komunitas pengajian, komunitas alumni sekolah, komunitas blogger dan penulis serta beberapa komunitas yang bisa menjaga kesehatan mental saya.

Di pengajian, saya menjaga kesehatan rohani dengan mengaji dan mendengarkan tausiyah, di komunitas olahraga saya mendapat manfaat agar badan lebih sehat, sedangkan di komunitas blogger saya bergabung agar tidak cepat pikun, karena dengan ngeblog dan membaca, saya bisa merangsang otak.

Selain itu saya juga sering mengikuti kelas-kelas online maupun webinar, untuk menambah ilmu dan wawasan.

PERIKSA KESEHATAN RUTIN

Periksa kesehatan rutin ke dokter
periksa-kesehatan-rutin
(Gambar: edit by canva)

Usia lansia adalah usia rawan saat tubuh mulai mengalami gangguan kesehatan. Karena itu untuk usia lansia harus rutin periksa kesehatan, minimal sebulan sekali.

Sebenarnya menjaga kesehatan dan periksa kesehatan rutin tak hanya berlaku untuk lansia, tapi bagi semua orang.

Saya biasa periksa kesehatan sebulan sekali tensi, kadar gula darah, kolesterol dan asam urat. Untuk general check up bisa dilakukan 6 bulan atau setahun sekali.

Tetapi alangkah baiknya bila di rumah juga disediakan alat tensi digital, bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Tak lupa juga secara rutin periksakan kesehatan mata dan gigi.

MELAKUKAN AFIRMASI POSITIF DAN STRETCHING

Melakukan afirmasi positif pada diri sendiri
melakukan-afirmasi-positif
(Gambar: edit by canva)

Kebiasaan saya setiap bangun pagi adalah melakukan relaksasi atau stretching. Waktunya nggak banyak kok, paling hanya butuh waktu 10 sampai 15 menit.

Kebiasaan ini sudah rutin saya lakukan, yaitu setelah bangun tidur dengan afirmasi positif, dilanjutkan meditasi sebentar (deep breathing), setelah itu lanjut stretching agar badan dan sendi tidak kaku setelah bangun tidur. Ya, di usia lansia ini keluhan yang sering dirasakan yaitu nyeri sendi dan kaku-kaku pada badan setelah bangun tidur. Karenanya lakukan gerakan stretching sederhana untuk membantu melemaskan otot dan sendi.

UPGRADE ILMU DAN BERI RANGSANGAN PADA OTAK

Upgrade ilmu
upgrade-ilmu-dan-merangsang-otak
(Gambar: edit by canva)

Sebagai lansia hal yang paling menakutkan adalah menjadi pikun. Karena itu saya berusaha memaksimalkan kerja otak, baik itu dengan menulis, membaca, menambah ilmu atau melakukan hobi yang saya suka (berkebun).

Awal mula ngeblog big why saya adalah agar tidak cepat pikun. Dengan rajin menulis mau tidak mau saya harus membaca untuk menambah referensi. Membaca apapun itu yang bisa menambah wawasan dan referensi artikel yang ditulis. Beberapa referensi tulisan bisa dibaca di blog teman saya.

Menulis juga bisa sebagai self healing. Menuangkan apa yang ada di pikiran sehingga lega. Dan yang tak kalah penting adalah, apa yang kita tulis harus bermanfaat bagi orang yang membaca tulisan kita.

Nah, itu tadi ulasan saya tentang Hidup Sehat Ala Lansia. Mungkin ada tips lain dari teman-teman, silahkan tulis di kolom komentar. Semoga bermanfaat.

‹ Lebih lamaTerbaru ✓

Posting Komentar