wahyusuwarsi.com

PENGORBANAN SEORANG IBU UNTUK KELUARGA


Doa ibu untuk anak-anaknya


Pengorbanan mempunyai makna melepaskan sesuatu yang berarti bagi kita, untuk kepentingan orang lain. Tentunya yang dimaksud disini bisa pengorbanan materi, waktu, fisik bahkan emosional. Memberikan materi untuk membantu orang lain, membantu orang lain yang membutuhkan bantuan tenaga, menyediakan waktu melakukan kegiatan bermanfaat maupun membantu orang lain secara emosional (menjadi pendengar yang baik misalnya).

Begitu juga dengan seorang ibu yang mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk keluarganya. Betapa besar pengorbanan seorang ibu untuk keluarga. Melahirkan anak-anak, merawat, membimbing, mengabdi pada suami, membersamai keluarga hingga anak-anak mandiri.

Disini saya hanya ingin menceritakan pengorbanan dua wanita yang begitu saya hormati. Pengorbanan terhadap keluarga, ibu saya dan ibu mertua saya.

PENGORBANAN IBU YANG TAK MUNGKIN TERBALASKAN

Mengingat ibuku yang sudah berpulang, hanya menambah rasa kangen dan keharuan di hati. Almarhumah ibu adalah seorang wanita sederhana sebagai ibu rumah tangga. Namun perhatian, kasih sayang dan cintanya sangat luar biasa tercurah untuk keluarga. Menurut saya, banyak pengorbanan beliau bagi kami anak-anaknya yang tak terlupakan.

Kami adalah empat bersaudara, dan ibu selalu membersamai kami dari kecil sampai kami menemukan pasangan kami dan menikah.

Sebagai ibu rumah tangga dengan empat anak yang umurnya nggak jauh beda, pasti sangat repot terutama saat kami masih SD. Saat itu bapak ditugaskan di luar kota, dan kami masih menetap di kota Semarang. Bapak adalah seorang anggota TNI AD yang biasa dipindah tugaskan dari satu kota ke kota lain. Kami disebut anak kolong. Orang tua kami tidak mau sekolah kami terganggu, karena itu ibulah yang wira wiri ke kota bapak bertugas.

Sebagai seorang isteri prajurit tentu banyak kegiatan Persit (Persatuan Istri Prajurit) yang harus diikuti. Dalam seminggu bisa 2 sampai 3 kali, ibu bolak balik ke tempat bapak bertugas. Namun saat itupun ibu tak tega meninggalkan kami di rumah sendirian, karena kami masih duduk di SD. Jadi ibu pulang hari, berangkat pagi pulang malam. Begitu seterusnya, dari satu kota ke kota lain. Namun alhamdulillah Allah selalu memberi kesehatan pada kedua orang tua saya.

Di rumah pun bila tak ada kegiatan Persit, ibu mengerjakan semua tugas rumah tangga sendiri. Biasanya beberapa hari sekali, ada pembantu pocokan yang datang ke rumah untuk sekadar bersih-bersih halaman, mengepel maupun membersihkan kamar mandi. Tetapi untuk memasak, mencuci dan yang berhubungan dengan kami, ibu selalu kerjakan sendiri. Bangun pukul 03.00 pagi, shalat malam kemudian mulai sibuk di dapur dan pekerjaan domestik lainnya. Beliau ingin memberikan yang terbaik bagi keluarga.

Belajar pun juga selalu mendampingi kami, walaupun saat SMP kami dibimbing seorang guru les pelajaran, namun ibu selalu perhatian terhadap perkembangan sekolah kami hingga kuliah dan lulus.

Kesehatan ibu mulai menurun satu tahun setelah saya menikah. Saat itu bapak sudah dipindah tugaskan di Semarang, bahkan ibu semakin aktif di organisasi. Tak mempedulikan kesehatan yang kadang merasakan sesak di dada maupun keluhan pusing di kepala, beliau tetap aktif menjadi pengurus beberapa organisasi. Beliau merasa baik-baik saja dan tidak mau kontrol ke dokter.

Hingga suatu hari kabar yang mengejutkan datang tiba-tiba. Malam itu saat saya baru tiba dari kantor (baru saja masuk rumah), bapak memberiku kabar duka bahwa ibu telah berpulang. Kaget? Tentu saja. Antara percaya dan tidak, berita itu datang tiba-tiba, padahal sore hari saya masih sempat bertemu beliau. Ya memang setiap pulang kantor, selalu saya sempatkan untuk mampir ke rumah masa kecil. Disana kedua orang tua saya masih tinggal hingga akhir hayatnya.

Menurut dokter, ibu terkena serangan jantung. Dan beliau berpulang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Semoga beliau husnul khatimah, diampuni segala kesalahannya serta diterima semua amal ibadahnya oleh Allah Swt. Kejadian ini terjadi tahun 1999 dan saat ini almarhumah ibu sudah tenang di surganya Allah Swt. Aamiin.

PENGORBANAN SEORANG IBU SEBAGAI TULANG PUNGGUNG KELUARGA


Seorang ibu sedang menjahit
seorang-ibu-sedang-menjahit
(Gambar: pinterest)

Wanita hebat kedua yang ingin saya ceritakan adalah ibu mertua saya. Kenapa saya bilang hebat? Ya, sejak bapak mertua pensiun, ibu lah yang mengambil alih untuk mencari nafkah bagi keluarga, beliau menerima jahitan untuk wanita. Memang dahulu ibu adalah lulusan Sekolah Kepandaian Putri jurusan tata busana. Jahitannya tak kalah dengan modiste-modiste saat ini dan yang pasti harganya juga terjangkau. Itulah yang menyebabkan pelanggan berdatangan.

Mempunyai 2 putra dan 1 putri, suami saya adalah anak sulung di keluarga ini. Dari hasil menjahit itulah ibu bisa membiayai kuliah putra putrinya hingga lulus, bekerja dan menikah. Alhamdulillah sekarang mereka sudah bisa mandiri bersama keluarga masing-masing, dan menjalani kehidupan yang mapan.

Bangun pagi pukul 03.00 untuk shalat malam, kemudian lanjut pekerjaan domestik. Pagi hingga sore menjahit tanpa kenal lelah. Menyelesaikan pesanan pelanggan hingga kadang-kadang ibu lupa makan, tanpa mempedulikan bahwa tubuhnya mulai lelah. Menjahit dan menjahit, itulah yang dikerjakannya.

Menjelang lebaran, banyak pelanggan antri menjahitkan baju baru. Hingga terkadang ibu lembur sampai larut malam bahkan dini hari, tuk kemudian menyiapkan makan sahur bagi seluruh penghuni rumah. Tentu saja siang hari beliau tidak bisa beristirahat, karena harus segera menyelesaikan jahitan baju-baju pelanggan. Pun demikian saat tahun ajaran baru, banyak pelanggan yang menjahitkan seragam. Semua dikerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain.

Hingga suatu hari, ibu tiba-tiba pingsan dan muntah. Dalam keadaan tak sadar, beliau dibawa ke rumah sakit. Namun saat itu hingga berpulang, beliau tak pernah sadar (masuk ruang ICU). Bantuan alat ventilator pun juga tak berarti bagi ibu. Semua atas kehendak-Nya, ibu berpulang setelah 2 hari berada di ruang ICU. Kini beliau sudah tenang di surga-Nya Allah Swt. Semoga Allah mengampuni kesalahan ibu, dan menerima amal ibadahnya. Semoga beliau husnul khatimah. Aamiin.

Demikian cerita saya tentang pengorbanan 2 wanita hebat yang saya sayangi, terhadap keluarga. Pengorbanan seorang ibu untuk keluarga dan anak-anaknya tak terbatas dan tak akan terbalas. Kasih sayang dan cintanya begitu ulus dan suci, tanpa pamrih, rela berkorban demi keluarga serta anak-anak. Semoga kita semua dapat meneladani pengorbanan orang tua kita utamanya pengorbanan ibu. Menjadi contoh ibu yang baik bagi anak-anak kita dan generasi penerus selanjutnya. Semoga bermanfaat.

‹ Lebih lamaTerbaru ✓

Posting Komentar