Fenomena saat ini, gawai menjadi andalan utama semua generasi mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Pun demikian juga para lansia sudah tak asing lagi dengan benda yang satu ini.
Perilaku masyarakat yang tidak bisa lepas dari gawai menyebabkan kerja otak jadi kurang maksimal. Adanya aplikasi tiktok, reels yang saat ini menayangkan video-video berdurasi pendek, serta konten instant yang kurang bermanfaat juga menjadi pemicu brain rot.
Namun demikian, masyarakat terutama gen Z lebih suka konten-konten berupa video pendek dan instant. Jarang sekali mereka scroll media sosial untuk menonton konten berdurasi panjang. Walaupun mungkin konten itu merupakan hal yang bermanfaat. Mereka cenderung tidak sabar menonton konten dengan durasi panjang, dan lebih memilih konten instan yang tidak butuh waktu banyak untuk menontonnya. Biasanya sekitar 10 hingga 60 detik video untuk tiktok atau reels. Dan para konten kreator juga dituntut untuk membuat video pendek tak lebih dari 60 detik, yang merupakan algoritma google.
Pernah juga saya lihat di sebuah resto, sepasang suami isteri dengan seorang anak balita sekitar 2 tahunan. Ayah dan ibunya asyik sekali menikmati makanan, sedangkan anaknya dibiarkan asyik sendiri menonton video di handphone agar tidak rewel. Ya memang video yang disajikan tersebut khusus untuk anak-anak, yaitu kartun dengan gambar warna-warni. Tetapi cukup lama juga balita tersebut menikmati video di handphone (sekitar 1,5 jam), sementara orang tuanya malah asyik makan. Mereka tidak menyadari bahwa hal ini juga menjadi salah satu pemicu brain rot pada anak-anak.
Tak hanya itu, bahkan anak-anak sekolah maupun mahasiswa sering mencari jawaban pertanyaan guru maupun dosen di internet. Sebenarnya tidak salah mencari jawaban dan referensi lewat internet, tetapi sebaiknya juga dicari referensi yang benar-benar akurat dan terpercaya. Memang saat ini sangat praktis dan instant mencari segala informasi lewat internet. Tetapi kita juga harus bisa memilih dan memilah informasi yang benar atau terpercaya.
Sebagai ibu rumah tangga kadang-kadang saya juga terlalu sering scroll sosial media (tiktok dan instagram), yang menyajikan konten-konten berdurasi pendek dan cepat. Hal ini menyebabkan banyak pekerjaan terbengkalai. Dan kebiasaan ini kadang juga mengganggu aktivitas menulis saya, menyebabkan tidak bisa fokus menulis atau mendapatkan ide (pikiran kosong/blank).
APA ITU BRAIN ROT?
Sebenarnya apa yang dimaksud brain rot?Brain rot atau pembusukan otak adalah istilah gaul yang digunakan untuk mendeskripsikan rusaknya otak akibat konten internet dengan kualitas atau nilai yang rendah, dan berdampak negatif baik secara psikologis, kognitif dan lainnya (Wikipedia).
Istilah brain rot bukan merupakan istilah medis resmi, namun menggambarkan penurunan fungsi kognitif dan mental seseorang akibat konsumsi konten digital berkualitas rendah secara berlebihan dan terus menerus.
Otak tidak dilatih untuk berpikir secara kritis, analitis dan mendalam karena adanya konten-konten berdurasi pendek dan tidak berkualitas tersebut. Tentunya video-video berdurasi pendek dan instant tersebut menyebabkan otak jadi terbiasa menerima stimulan instant dan dangkal. Adanya informasi yang berlebihan dan terus menerus menyebabkan otak kesulitan memilah dan memproses informasi.
Scroll media sosial yang berlebihan (kecanduan sosial media) misalnya, belum sempat mencerna informasi yang baru saja didapat, tetapi sudah datang informasi lain yang lebih cepat datang, demikian seterusnya. Hal ini menyebabkan otak merasa lelah, kesulitan konsentrasi, sulit memilah informasi, sulit menganalisa dan berpikir kritis karena adanya informasi instant tersebut.
AKIBAT BRAIN ROT
Beberapa akibat yang disebabkan brain rot antara lain adalah:- Kurangnya kemampuan berpikir kreatif dan menghasilkan ide-ide baru. Hal ini seperti pengalaman yang pernah saya sebutkan di atas, karena terlalu berlebihan scroll media sosial, sehingga pikiran jadi blank (tidak ada ide menulis).
- Menjadi tergantung pada teknologi untuk melakukan tugas-tugas harian. Mungkin bisa dicontohkan sebagai blogger atau konten writer menjadi terbiasa menggunakan bantuan AI untuk menulis artikel. Sebaiknya AI hanya digunakan sebagai bantuan mendapatkan ide saja, sedangkan gaya penulisan sebaiknya kembali pada masing-masing penulis.
- Kesulitan berpikir kritis, yaitu kesulitan menganalisa informasi dan membuat suatu keputusan.
- Daya ingat menurun sehingga sulit mengingat info maupun hal-hal detail yang penting.
- Mudah merasa cemas atau stress jika tidak ada stimulasi digital (tidak ada akses internet, baterai ponsel mati dan sebagainya).
- Menjadi kecanduan media sosial, misalnya menghabiskan waktu berjam-jam untuk scroll media sosial tanpa tujuan yang jelas.
- Kesulitan berkonsentrasi atau fokus pada tugas-tugas yang membutuhkan perhatian penuh, misalnya membaca buku, belajar atau mengerjakan tugas sekolah.
BAGAIMANA CARA MENGATASI BRAIN ROT?
Di bawah ini adalah beberapa cara untuk mengatasi brain rot:- Melakukan aktivitas yang menantang dan menstimulasi otak yaitu dengan membaca, menulis, bermain musik, belajar hal-hal baru dan lainnya.
- Membatasi dan mengurangi penggunaan teknologi digital, misalnya mulailah dengan 1 atau 2 jam per hari dan seterusnya.
- Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, misalnya dengan membaca bacaan-bacaan yang berkualitas dan bermanfaat.
- Berinteraksi secara langsung dengan keluarga dan teman-teman di dunia nyata.
- Beristirahat yang cukup, hindari memegang handphone dan scroll media sosial menjelang waktu tidur. Hal ini juga meningkatkan tidur yang berkualitas dan jam tidur tidak terganggu.
- Jika mengalami gejala brain rot yang parah, hubungi tenaga ahli professional, misalnya psikolog.
PENUTUP
Sebagai orang tua hendaknya waspada dan selalu mengawasi perilaku anak-anak dan remaja (terutama gen Z) yang saat ini sedang kecanduan media sosial. Beri pengertian pada anak bahwa mereka harus bisa memilih dan memilah, mana konten yang bermanfaat dan mana konten yang berkualitas rendah. Sebaiknya berikan aktivitas yang bisa menstimulasi kerja otak, misalnya membaca, menulis, bermain musik, berolahraga atau aktivitas lain yang bermanfaat. Beri pengarahan kepada anak untuk melakukan kegiatan fisik yang bermanfaat, sehingga mengurangi waktu mereka untuk scroll media sosial dan bermain handphone.Demikian ulasan saya tentang Brain Rot sebagai fenomena medsos yang mengancam, khususnya untuk generasi muda (anak-anak zaman now). Semoga bermanfaat.
Referensi:
https://share.google/wXPNOejaDOX85x1pB
Posting Komentar