wahyusuwarsi.com

ACHMAD IRFANDI ALIHKAN KECANDUAN GADGET DENGAN PERMAINAN TRADISIONAL



Suatu Minggu pagi tampak sekelompok anak dengan gembira sedang bermain dolanan tradisional. Ada yang bermain lompat tali, egrang, pathil lele, bola bekel dan beberapa permainan tradisional yang lain. Mereka tampak sangat bahagia dan menikmati kegiatan Minggu pagi itu. Tentunya kita bertanya-tanya, masih adakah anak-anak generasi now yang mau bermain permainan tradisional, di tengah gempuran teknologi gadget yang makin canggih? Jawabannya, masih ada. Dimanakah tempatnya? Di Kampung Lali Gadget yang terletak di Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo.


Achmad Irfandi
achmad-irfandi
(Gambar: jatim.viva.co.id)

ACHMAD IRFANDI SEBAGAI PELOPOR KAMPUNG LALI GADGET

Berawal dari gagasan seorang pemuda bernama Achmad Irfandi, dibentuklah Kampung Lali Gadget. Pemuda yang berasal dari Dusun Bander, Kecamatan Wonoayu ini lahir pada tanggal 12 Mei 1993. Pemuda yang akrab dipanggil Irfan ini adalah lulusan dari S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya (2016), dan Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (2021).

Berawal dari kegelisahannya karena dampak teknologi pada perkembangan anak. Selain itu kekhawatiran punahnya permainan tradisional, yang saat ini tidak pernah dimainkan oleh generasi zaman now. Karena saat ini anak-anak lebih mengenal gadget dan bermain game online daripada bermain tradisional. Selain itu pada saat pandemi (Covid 19), karena adanya peraturan pemerintah mewajibkan anak-anak melaksanakan pembelajaran jarak jauh (daring), yang tentunya selalu berhadapan dengan gadget. Irfan berharap dengan permainan tradisional anak-anak merasa bahagia, dan ingin agar anak-anak merasakan permainan tradisional. Karena dengan permainan tradisional ini, mereka bisa belajar kepemimpinan, kerjasama, saling menghargai orang lain.

Kedatangan seorang teman Irfan yang mengadakan kegiatan literasi (menggambar, mewarnai, melukis), menimbulkan gagasan pada Irfan yang ingin membuat permainan tradisional anak-anak. Dari sinilah awal mula gagasan didirikannya Kampung Lali Gadget (KLG) ini.

Dengan meminjam lahan seluas 45 x 50 meter untuk dijadikan tamn bermain, Irfan mengajak pemuda di Desa Pagerngumbuk bersama-sama mewujudkan berdirinya KLG. Bersama-sama mengajak mereka untuk mencegah anak-anak agar tidak kecanduan gadget. Para pemuda tersebut masing-masing diberi tugas dan tanggung jawab sebagai perencana, pendamping dan fasilitator edukasi. Sedangkan warga dilibatkan membuat mainan untuk dijual, misalnya kitiran bambu, seruling suit, kitiran klutuk, toktok, bola bekel, gasing bunyi. Selain itu juga berjualan makanan dan minuman. Hal ini dapat meningkatkan penghasilan warga di desa ini.

KAMPUNG LALI GADGET SEBAGAI TEMPAT PERMAINAN TRADISIONAL



Anak-anak bermain air dan lumpur
bermain-air-dan-lumpur-di-kampung-lali-gadget
(Gambar: kumparan.com)


Banyak tantangan yang dihadapi Irfan saat mulai mendirikan Kampung Lali Gadget. Irfan menyusuri dan datang dari rumah ke rumah, untuk meyakinkan para orang tua akan bahaya gadget pada anak-anak, bila dipakai secara berlebihan, Disampaikannya juga tentang gagasannya hendak mendirikan Kampung Lali Gadget ini. Akhirnya berkat kegigihannya, warga menyetujui gagasan Irfan. Kampung Lali Gadget berdiri tanggal 1 April 2018 dengan program Konservasi Budaya.

Dinamakan Kampung Lali Gadget dengan maksud agar anak-anak lupa dengan gadget dan mau bersosialisasi dengan lingkungannya (dunia nyata). Maksudnya bukan melupakan gadget sama sekali, tetapi hanya menghindarkan anak-anak yang belum usia untuk memegang gadget. Lali dalam bahasa Jawa artinya “lupa.”

Dua bulan kemudian, Irfan dan timnya mengumpulkan anak-anak untuk diajak bermain. Kegiatan ini mendapat respon positif dari warga dan mereka mendukung donasi. Memang pada awalnya sumber pembiayaan berasal dari Irfan dan tim dibantu swadaya masyarakat.

Kampung Lali Gadget ini pada awalnya hanya diperuntukkan bagi warga sekitar dan diadakan 2 bulan sekali, akan tetapi saat ini sudah banyak masyarakat dari luar yang berkunjung ke Kampung Lali Gadget. Bahkan pernah menerima kunjungan awal sebanyak 475 orang dari Surabaya dan Sidoarjo.

Permainan yang ada disini antara lain egrang, main lompat tali, pathil lele, bola bekel dan yang lainnya. Dikembangkan juga program lain selain permainan tradisional yaitu berkebun dan membuat kerajinan tangan. Sehabis bermain anak-anak bisa menyalurkan kreatifitasnya dengan membuat kerajinan tangan antara lain senapan dari pelepah pisang, menganyam daun pisang, membuat boneka dari daun pisang yang tentunya didampingi tim KLG (Kampung Lali Gadget). Dan selama berkegiatan, gadget dititipkan sehingga anak-anak bisa berinteraksi satu sama lain, saling bersosialisasi dan menikmati permainan tradisional. Selain itu juga dikenalkan beraneka budaya di Indonesia serta ditanamkan juga nilai-nilai Pancasila.


Bermain egrang
bermain-egrang
(Gambar: ig @kampunglaligadget)


KLG sudah menerima kunjungan dari luar bahkan sudah berkolaborasi dengan sekolah-sekolah, untuk mengajak siswa mengenal permainan tradisional. Permainan tersebut meliputi outbond, bermain di sawah dan lapangan. Dengan banyaknya kunjungan dari luar, maka tiap minggu dilaksanakan kegiatan bermain dan belajar yang bervariasi. Agar menarik dan tidak bosan, tema tiap pekan berbeda-beda dan harus ada unsur permainan tradisionalnya. Misalnya ada tema Kegiatan Merdeka Belajar Dolanan Ndeso Eksplorasi Tanah dan Air. Disini anak-anak diajarkan menangkap ikan di kolam lumpur, menggoreng kerupuk dengan pasir, membuat batu bata dari lumpur, ada juga yang berenang di sungai. Tema-tema tersebut berhubungan dengan alam. Dengan kegiatan-kegiatan ini, anak-anak bisa refreshing dari kegiatan akademik, melupakan gadget dan mendapat pengalaman baru.


Permainan ular naga
permainan-tradisional-ular-naga
(Gambar: kominfo.jatimprov.go.id)

BEBERAPA PROGRAM SOSIAL DI KAMPUNG LALI GADGET

KLG kini telah menjadi yayasan dan Achmad Irfandi adalah ketuanya. Ada beberapa program sosial yang telah dilaksanakan KLG yaitu:

1. Program Saling Sokong Gotong Ryong (2019 saat pandemi) yaitu membuat 6.000 faceshield, memberikan 50 paket sembako dan 20 paket biskuit, membeli 900 botol bekas dari pemulung dan pemberdayaan warga untuk recycle botol.

2. Program Gotong Royong Kesehatan Sekitar yaitu desinfeksi rumah-rumah warga sekitar KLG, pembagian 767 botol desinfektan gratis (setara total 460 liter bagi warga Pagerngumbuk), edukasi bahaya Covid 19, pembagian 760 selebaran bagi warga yang dikemas dalam bahasa Jawa.

3. Program Peduli Medis, yaitu memproduksi faceshield dan mendistribusikannya ke seluruh Indonesia.

4. Program Donasi Masker N95.

PENGHARGAAN YANG DIPEROLEH

Atas dedikasinya itu, Achmad Irfandi mendapat beberapa penghargaan yaitu:

1. Pemuda Pelopor Sidoarjo 2017/2018
2. Pemuda Pelopor Jawa Timur 2020/2021
3. SATU Indonesia Awards dari Astra di bidang pendidikan sebagai Penggerak Konservasi “Kampung Lali Gadget.”

PENUTUP

Jam operasional Kampung Lali Gadget yaitu Minggu 09.00-11.00 WIB. Harga tiket masuk Rp 15.000 per anak.

Kampung Lali Gadget fokus pada dolanan tradisional dan mengajarkan edukasi budaya, kearifan lokal, olahraga, edukasi satwa dan permainan tradisional pada masyarakat.

Achmad Irfandi:

“Kampung Lali Gadget mengajarkan kepada kita bahwa kehidupan yang lebih sederhana dan terhubung dengan alam adalah kunci kebahagiaan sejati.”

Referensi:

www.astra.co.id


19 komentar

  1. Sidoarjo Jatim Pride💪❤️
    Keren bangettt ini kampung lali gadget .

    idenya otentik, dan sangat bisa dimodifikasi oleh banyak komunitas di daerah masing².
    karena tau sendiri kita yhaaa, betapa gadget beneran mengacaukan tumbuh kembang anak klo dipakai berlebihan.

    bravooo😀🛩️

    BalasHapus
  2. Walau jama sekarang memang menuntut kita gak gaptek sejak dini, tapi memang ketergantungan anak2 sama gadget membuat banyak orang was2 ya. Pasti gak mudah ketika awalnya mengedukasi banyak pihak bahwa anak2 perlu juga mengenal permainan selain gadget agar bisa juga bersosialisasi sama teman2 sebayanya. Salut banget deh, semoga banyak menular ke tempat2 lain juga.

    BalasHapus
  3. Thanks Lord sudah memberikan Irfan sebuah misi indah dan semoga waktu memberi kesempatan padaku untuk melihat Kampung Lali Gadget karena ini adalah salah satu karya terbaik anak bangsa, perduli penerus dan bisa meyakinkan orang tua akan bahayanya Gadget walau penuh tantangan, Sehat terus ya Irfan dan team.

    BalasHapus
  4. bener siii kerasa banget keseruan kalau kita main sama-sama yaaa.. semoga bisa menginspirasi daerah lain yang bisa membuat anak-anak tertarik dengan permainan lama yang tak kalah seru dari gadget seperti ini.

    BalasHapus
  5. Aku kangeeen tau mbaaa dengan permainan2 zaman kecil ini 😍😍😍. Udah niat sih, kalo nanti bawa anak2 liburan kesana, mau aku spare 1 hari utk main di KLG. Biar mereka tahu juga serunya permainan zaman mama papanya kecil 😄.

    Saluuut bener Ama mas Irfan ini yg bisa menciptakan tempat begini, supaya anak2 bisa aktif tanpa harus megang gadget selalu. Teknologi memang ga bisa dihindarin, tp aku juga ga mau anakku JD apatis dan anti sosial saking megang gadget Mulu

    BalasHapus
  6. Ya Allah, jadi kangen maen egrang euuuyy. Dulu tuh ya, aku pas SD belajar naik egrang, latihannya sampe sela-sela jari getas. Saking semangatnya, hahaha

    Sekarang emang udah mulai pudar sih kebudayaan macam gini. Anak-anak banyaknya nongkrong sambil pegang hapenya masing-masing, jadinya kurang aktif bersosialisasi. Harusnya konsep wisata seperti ini diperbanyak lagi ya, supaya coverage areanya bisa lebih luas lagi.

    BalasHapus
  7. Jadi inget jaman kecil duluuu...kita sibuk dengan aneka permainan bersama teman2 ataupun tetangga..dari lompat tali,,bola bekel,,kartu..trus hide n seek dan masih banyak lagi...keliatannya masa dulu itu kita sibuk bermain bersama jadi lebih banyak interaksi..jadi kadang sedih tuu liat anak2 sekarang yg sibuk game online atau cuma scroll medsos hikss...
    Semoga semakin banyak pemuda atau mungkin orang tua yang membatasi penggunaan gadget agar anak2 bisa lebih sering berinteraksi langsung

    BalasHapus
  8. Jaman aku kecil masih seneng main petak umpet, pathil lele sama bola bekel sama teman-teman. Kalau egrang, aku tuh emang nggak berani nyoba. Cuma suka lihat teman-teman aja main itu.

    Lha, sekarang. Bocah-bocah hampir nggak ada yang mainan permainan tradisional begitu. Mereka lebih suka mainan gadget.

    Asyik banget kalau ada Kampung Lali Gadget di desaku kayak yang digagas sama Kak Achmad Irfandi dah.

    BalasHapus
  9. Waah aku jadi pengen ajak Saladin ke Kampung Lali Gadget. Biar dia tahu rasanya main egrang, bekel, dan berbagai permainan tradisional lain. Plus gak HPan teruus.

    BalasHapus
  10. Semoga ke depannya banyak penerus dari Achmad Irfandi di seluruh Indonesia ya. Sebab tak mudah lho mengelola sebuah tempat untuk bermain anak, demi mengalihkan kecanduan pada gadget. Saya salut dengan gebrakan Achmad Irfandi ini

    BalasHapus
  11. Fokusnya Pak Irfan ini bagus ya memikirkan masa depan anak-anak, biar gak kecanduan dengan gadget. Karena memang kalo udah kecanduan susah lepasnya. Semoga bisa pula nih diterapkan di wilayah lain

    BalasHapus
  12. Idenya mas Irfan luar biasa, namanya juga dibikin nama jawa, karena memang berlokasi di jawa, kampung lali gadget
    sekarang ini hampir semua anak-anak, kemana-mana buka hape dan hape terus, paling sering dipake buat main game, dan kalau urusan sekolah jadi diabaikan gitu

    konsep kampung lali gadget bener-bener mendidik anak-anak supaya nggak ketergantungan sama hape, memang semua ide yang pengen kita cari , tinggal browsing dan nemu, tapi sepertinya juga kudu meihat kondisi sekitar

    BalasHapus
  13. Keren banget Masnya. Soalnya masalah gadget terutama pada anak-anak sudah sangat mengkhawatirkan. Programnya membuat anak-anak bisa kembali menikmati masa kecil dengan lebih normal

    BalasHapus
  14. Waktu musim liburan anak sekolah lalu sempat terpikir mau main ke Kampung Lali Gadget ini tapi belum sempat.
    Buka instagramnya, kegiatannya cukup beragam.
    Yang jelas anak-anak diajak berkegiatan dan sosialisasi dengan main mainan tradisional.
    Saya akui, efek dari anak-anak sekarang jarang main bareng permainan tradisional begini membuat mereka jadi kurang punya jiwa kerjasama antar teman, setia kawan juga kurang, cenderung cuek, apatis, kurang perhatian pada teman dan lingkungan.
    Mudah-mudahan, di lain kesempatan liburan nanti bisa mampir kesini

    BalasHapus
  15. Takjub sekali sangat menginspirasi ya mas Achmad Irfandi, dengan ide brilian membentuk Kampung Lali.

    Penting buat anak-anak banyak bergerak dan bermain di ruang terbuka. Sehingga bisa menghindarkan diri dari kecanduan gadget. Selain itu mas Irfandi punya program yang care sama sekitar juga ya.

    Terobosannya kasih dampak positif nih. Jujur saja aku happy sekali lihat anak-anak bermain permainan.

    BalasHapus
  16. Jadi ingat masa kecil lihat permainan-permainan ini, dan bisa jadi alternatif orangtua untuk mengalihkan anak-anak bermain gadget, dan menghidupkan kembali permainan tradisional, keren Mas Achmad, semoga makin banyak generasi lain yang mengembalikan permainan tradisional karena banyak sekali manfaatnya

    BalasHapus
  17. Kata gurunya anak saya, bakalan ke Kampung Lali Gadget tahun depan
    Anak-anak harus dikenalkan dengan banyak permainan supaya benar-benar puas sehingga beneran lupa sama gawai
    Kelak jika sudah ke sana, aku penasaran reaksi anak-anakku sendiri
    Yey Or Ney haha

    BalasHapus
  18. Anak-anak pastinya gak tau keseruan main masak-masakan yang bahannya dari kembang sepatu, gulanya dari pasir dan garamnya dari tanah. Hehehe.. jaman aku banget main beginiaan.. tapi kok yaa.. betah.
    Dan kini sejak ada gadget, anak mainnya bersihaan.. Sedih juga..

    Alhamdulillah, ada mas Irfan yang menjawab keresahan dengan Kampung Lali Gadget. Semoga dari yayasan yang dibangun semakin berkembang dan menyebar ke berbagai daerah di Indonesia.

    BalasHapus
  19. Wah keren banget bisa ngembangin kampung seperti ini, semoga bisa menjadi inspirasi banyak kampung lainnya ya

    BalasHapus