Melewati daerah Desa Ngampin, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, sepanjang jalan Semarang Jogja tampak berderet penjual serabi, khas Ambarawa, Serabi Ngampin namanya. Lokasi tepatnya ada di pinggir jalan dekat dengan pasar Ngampin. Dalam perjalanan pulang, kami memutuskan berhenti di daerah Ngampin ini untuk mampir membeli oleh-oleh serabi.
Kami pun berhenti di lapak nomor 62 (yang terletak paling pinggir) dan mulai memesan serabi untuk oleh-oleh. Jadi tiap lapak masing-masing sudah diberi nomor dan MMT dengan desain tulisan yang sama, sepertinya penjual serabi ini dikelola oleh sebuah koperasi. Di MMT tertulis Kelompok Serabi “Mekar Lestari.” Dan disini ada sekitar 70 orang pedagang serabi.
Kami membeli serabi di lapak Serabi Ngampin Bu Ponirah. Beliau sangat cekatan melayani pembeli sambil bercerita sejarah serabi Ngampin ini, dan sudah 20 tahun berjualan serabi.
Ada mitos tentang serabi Ngampin, yakni:
Serabi Ngampin sudah ada sejak tahun 1970, dan awalnya hanya dijual beberapa hari di bulan Ruwah (Syaban), selama 3 hari pada tanggal 13, 14, 15. Tiap ramadhan dijadikan tradisi ruwahan untuk mensucikan diri, dan orang-orang berjualan serabi 15 hari sebelum bulan Syaban.
Saat itu para pemuda desa mensucikan diri di Kali Condong. Kemudian sepulang dari kali mereka membeli jajanan serabi, sambil mencari jodoh. Sejak itulah masyarakat mulai mengenal serabi Ngampin dan bahkan dijadikan sebagai makanan untuk sarapan.
Serabi Ngampin bertekstur lembut, rasanya gurih dan dimakan dengan kuah santan gula jawa. Serabi dengan garis tengah kurang lebih 7 cm dan sangat tipis dibuat dengan beberapa varian,original, merah muda dan hijau muda (pandan).
Satu porsi serabi berisi 5 buah dihargai Rp 7.000 sangat murah dan terjangkau, sepadan dengan rasa yang didapat pembeli. Serabi-serabi ini dimasak secara tradisional dengan tungku kayu dan bahan bakarnya adalah kayu bakar, dimasak di atas wajan dari gerabah.
Serabi-serabi yang sudah jadi ditempatkan dalam wadah (semacam tampah) ditutup dengan plastik transparan (dengan bentuk khas), jadi terbebas dari debu.
Selain serabi, disini juga tersedia tape ketan yang dibungkus dengan daun pisang. Harganya juga sangat terjangkau. Para penjual serabi berjualan dari pukul 14.00 sampai malam.
Serabi Ngampin sudah ada sejak tahun 1970, dan awalnya hanya dijual beberapa hari di bulan Ruwah (Syaban), selama 3 hari pada tanggal 13, 14, 15. Tiap ramadhan dijadikan tradisi ruwahan untuk mensucikan diri, dan orang-orang berjualan serabi 15 hari sebelum bulan Syaban.
Saat itu para pemuda desa mensucikan diri di Kali Condong. Kemudian sepulang dari kali mereka membeli jajanan serabi, sambil mencari jodoh. Sejak itulah masyarakat mulai mengenal serabi Ngampin dan bahkan dijadikan sebagai makanan untuk sarapan.
Serabi Ngampin bertekstur lembut, rasanya gurih dan dimakan dengan kuah santan gula jawa. Serabi dengan garis tengah kurang lebih 7 cm dan sangat tipis dibuat dengan beberapa varian,original, merah muda dan hijau muda (pandan).
Satu porsi serabi berisi 5 buah dihargai Rp 7.000 sangat murah dan terjangkau, sepadan dengan rasa yang didapat pembeli. Serabi-serabi ini dimasak secara tradisional dengan tungku kayu dan bahan bakarnya adalah kayu bakar, dimasak di atas wajan dari gerabah.
![]() |
| serabi-dimasak-dengan-wadah-gerabah- bahan-bakar-kayu (Gambar: koleksi pribadi) |
Selain serabi, disini juga tersedia tape ketan yang dibungkus dengan daun pisang. Harganya juga sangat terjangkau. Para penjual serabi berjualan dari pukul 14.00 sampai malam.
![]() |
| penjual-sedang-membuat-serabi-ngampi (Gambar: koleksi pribadi) |
Bahan dasar serabi Ngampin adalah tepung beras ditambah santan, garam dan daun pandan sebagai aroma. Kemudian adonan diaduk sampai encer tentunya dengan komposisi yang pas. Setelah itu dimasak dalam wajan dari gerabah, ditambah sedikit minyak kelapa supaya tidak lengket. Saat proses memanggang, wajan ditutup dengan tutup dari gerabah juga. Tak lama setelah serabi kering, angkat dan sajikan. Tungku dari bahan gerabah dan bahan bakar kayu bakar menghasilkan rasa yang khas. Tak lupa juga dibuatlah kuah dari santan dan gula jawa. Cara penyajiannya adalah dengan meletakkan serabi di piring atau mangkuk lalu tuangkan kuah santan di atasnya.
Tak terasa pesanan kami telah siap, bu Ponirah membuatkan serabi kami sambil bercerita, sehingga kami tidak bosan menunggu pesanan.
Serabi kami bawa pulang (tidak dimakan di tempat), dan memang rasanya sangat lembut dan gurih bikin nagih. Demikianlah review tentang serabi Ngampin, bila teman-teman lewat desa Ngampin silakan mencoba, ditanggung puas dan tidak kecewa.





Posting Komentar